February 10, 2025
Pendidikan

Seminar Mendididk Anak SIP School, Orang Tua Dianjurkan Menjadi Panutan di Rumah

Seminar Mendididk Anak SIP School

Orang Tua Dianjurkan Menjadi Panutan di Rumah

 

Cara mendidik anak-anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan karakter dan pribadi anak, juga akan berpengaruh terhadap kesuksesannya kelak, dan juga tingkat kebahagiaannya. Oleh sebab itu para orang tua yang tengah mengasuh anak-anaknya di rumah diberi warning bahwa sebelum mendidik anak-anak, maka didiklah diri sendiri terlebih dahulu.  Para orang tua perlu mendidik dirinya terutama menambah wawasan dan pengetahuan seputar pola asuh, sehingga nantinya tidak terjadi salah asuh dalam mendampingi putra-putrinya. Demikian antara lain disampaikan oleh dua pembicara, masing-masing Ni Putu Arika Mulyanti Pande, S.Psi., dan Melly Amaya Kiong saat hadir sebagai pembicara dalam seminar “Cara Cerdas Mendidik Anak di Era Millenial” yang diselenggarakan pada Senin pagi, 6 Mei 2019 bertempat di Ruang Rapat Kantor Kelurahan Legian, Kecamatan Kuta, Badung.

 Badung (Nuansa Bali.com). Seminar yang dihadiri ibu-ibu dan undangan dari Legian dan sekitarnya itu dilaksanakan oleh Yayasan Siswa Indah Prima (SIP School), Legian, dengan tujuan, agar para orang tua di Legian memiliki pengetahuan yang pas, sebagai bekal mendidik anak-anaknya di era milenial yang penuh tantangan dan gejolak ini. “Motivasi saya menyelenggarakan seminar ini adalah sebagai sumbangsih kepada masyarakat Legian, agar tahu bagaimana mendidik anak di era millennial,” jelas Drs. I Nyoman Sarjana, M.Ikom., sebagai Ketua Yayasan Siswa Indah Prima.

Lebih lanjut ia menegaskan, seminar ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan tambahan bagi tiga PAUD yang saat ini ada di Legian, yaitu PAUD Karang Kemanisan, Lila Prabata, dan SIP School. “Bagaimanapun, melalui pola asuh dan pendidikan yang tepat di lingkungan keluarga, maka akan mewujudkan generasi di Legian yang ideal, yaitu karakternya baik,  memiliki kepekaan sosial yang bagus, serta meraih sukses sesuai bidang masing-masing,” imbuh Sarjana yang saat ini tengah sibuk menempuh studi di Program Doktoral di IHDN Denpasar. Sementara itu, Psikolog Putu Erika dalam kesempatan itu mengajak para orang tua untuk mendidik anak-anaknya dengan cara menjadi panutan yang baik bagi anak-anak. Ia mengingatkan, agar para orang tua tidak terlalu banyak mengucapkan kata “jangan” kepada anak-anak, melainkan ciptakanlah situasi yang ideal.

“Latih anak-anak untuk disiplin, berikan pujian dengan tulus atas kebaikan yang anak-anak telah lakukan, ikut bermain dengan anak, ajak anak mengenal alam, bacakan dongeng sebelum tidur, beribadah bersama anak-anak, tidak asal memberi mainan, ajarkan untuk berterima kasih, serta pahami emosi anak,” katanya. Putu menambahkan, tidak tepat apabila seorang ibu atau ayah membalas kemarahan seorang anak. Kurang bijak menghentikan kemarahan anak dengan membentaknya, tetapi tugas orang tua adalah menenangkannya, bukan ikut marah. Apabila anak-anak tersebut terus marah, maka Putu menyarankan ibu-ibu untuk menjauh darinya sambil tetap memantau.

Putu menyebutkan ada tiga jenis pola asuh, yaitu otoriter, atoritatif, dan permisif. Ia menyarankan para orang tua berusaha untuk mendidik dengan pola otoritatif, yaitu orang tua tetap punya tuntutan dan harapan terhadap anak, tetapi dalam batasan yang wajar dengan memperhatikan kemampuan dan kebutuhan anak untuk memenuhi harapannya tersebut.  Dalam pola asuh ini terjadi komunikasi dua arah, dimana orang tua sangat terbuka mendengar pendapat dan keinginan anak, demikian pun peraturan dalam keluarga biasanya dibuat atas kesepakatan orang tua dan anak. Dalam hubungan ini anak dipandang sebagai teman, sebagai sosok yang juga punya hak menyampaikan harapannya.

Sementara itu, pola asuh otoriter dipandang kurang baik bagi pertumbuhan anak, dimana ciri pola asuh ini cenderung keras dan menuntut anak, namun respon penghargaan terhadap anak rendah. Umumnya pola asuh ini bertujuan, agar anak menuruti keinginan orang tua. Putu Erika memberi contoh bahwa pola asuh seperti ini sering menimbulkan kasus dimana anak-anak terkesan patuh dan alim di rumah, tetapi di luar rumah justeru akan melakukan hal-hal sebaliknya, yaitu apa yang dilarang di rumah dilampiaskan di luar, sehingga anak demikian sering menimbulkan masalah di luar rumah. Sedangkan pola asuh permisif juga tidak dianjurkan, karena bersifat memanjakan anak. Apapun diminta dikabulkan, sehingga anak menjadi tidak memiliki kontrol dan akhirnya sering salah pergaulan.

Pembicara lainnya Melly Amaya  Kiong datang jauh-jauh dari Jakarta. Ia adalah praktisi pendidikan yang telah banyak memberikan konseling pendidikan di mana-mana. Pada kesempatan itu ia mengingatkan para orang tua, agar tidak mendahulukan citra diri sendiri ketimbang kebahagiaan anak. “Sering kan kebahagiaan anak dikorbankan demi citra orang tua?” tanyanya, kemudian ia memberi contoh, ketika anaknya diajak jalan ke mall kemudian sedikit nakal, maka segera dimarahi supaya diam. Sering hal itu dilakukan, agar orang-orang terkesan bahwa anak itu menurut sama orang tuanya.

Banyak contoh yang Melly berikan saat seminar itu sehingga ibu-ibu dan bapak-bapak yang hadir tampak manggut-manggut setuju. “Dulu ibu-ibu dan bapak-bapak pernah menjadi anak-anak?” Tanya Melly. Ia kemudian melanjutkan, “Apakah saat anak-anak ibu-ibu dan bapak-bapak suka belajar?” Kemudian ada peserta yang menjawab “tidak!”. “kalau demikian, mengapa sekarang bapak-bapak dan ibu suka memaksa anaknya untuk belajar?”

Menurutnya, hal itu gambaran bagaimana orang tua lebih mengedepankan keinginannya, egonya daripada memperhatikan keinginan anak.  Sesungguhnya semua anak-anak suka belajar, karena fase umur itu adalah fase ingin tahunya tinggi sekali. Oleh sebab itu, belajar tidak sebatas mempelajari pelajaran di sekolah, tetapi menyangkut banyak hal dalam hidup ini. Tugas orang tua untuk mengenali bakat dan keinginan anak dengan mendampinginya secara bijak.

Pada akhir acara para pembicara mendapat cenderamata dan sesi foto bersama. Nyoman Sarjana mengharapkan acara seperti ini berlanjut, karena terbukti para orang tua di Legian sangat antusias setelah mendengar pemaparan materi dari pembicara yang sangat bermanfaat dan memberi wawasan baru. Ia mengharapkan ke depannya pihak kelurahan dapat melanjutkan acara seperti ini.

SIP School sebagai penggagas dan pelaksana acara seminar ini juga didukung sejumlah pihak, seperti dukungan dari Desa Adat Legian dengan donasi satu juta rupiah, LPD Desa Adat Legian berdonasi satu juta rupiah, kemudian LPM Legian, lima ratus ribu rupiah, dan sumbangan dari I Gusti Ngurah Sudiarsa sejumlah satu juta rupiah.

“Saya memang menaruh perhatian dengan dunia pendidikan dan saya sendiri hobi belajar yang kebetulan saat ini sedang menempuh studi S3 di IHDN Denpasar.  Masih berhubungan dengan dunia pendidikan, sehubungan kapasitas saya sebagai Ketua PHDI Kecataman Kuta, maka dalam waktu dekat saya akan me-lounching buku tentang Upacara Manusa Yadnya yang diperuntukkan sebagai sarana pendidikan untuk umat Hindu, agar sraddha dan bhakti-nya semakin meningkat,” pungkasnya. *** (tra).

Facebook Comments

error: Content is protected !!