Distan Karangasem Dihadapkan Minimnya Anggaran Atasi Merebaknya Kasus Kematian Babi
Amlapura (Cahayamasnews). Terkait merebaknya kasus kematian babi di wilayah Karangasem yang diduga akibat virus ASF, Dinas Peternakan Karangasem melakukan berbagai langkah dan upaya, termasuk melaksanakan rapat koordinasi ke Dinas Peternakan Provinsi Bali beberapa hari lalu. Menyikapi situasi sekarang ini Dinas Peternakan Karangasem masih melaksanakan SOP yang sudah disepakati. Yakni dengan melakukan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) kepada para peternak babi. Seperti penerapan biosecuriti kepada peternak dengan melakukan spraying desinfektan pada peternakan secara rutin, pembatasan secara selektif terhadap lalu lintas orang di lokasi peternakan. Demikian dijelaskan Kabid Kesehatan dan Peternakan Hewan, Distan Karangasem, drh. I Made Ari Susanta yang ditemui Kamis (27/2).
Untuk mengatasi situasi ini, pihaknya menghimbau masyarakat agar melaksanakan saran-saran teknis yang diberikan. Distan juga sudah melakukan sosialisasi kewaspadaan dan antisipasi terhadap penyakit hewan menular ternak babi di 8 kecamatan. Disamping itu, pihaknya juga menyarankan masyarakat agar tetap gencar dalam meningkatkan sensitivitas penerimaan informasi tentang kematian babi dan penanganan wabah-wabah kematian babi yang terjadi.
Saat ini Distan sendiri sedang menghadapi beberapa kendala di antaranya; stok desinfektan yang menipis serta alokasi anggaran dari APBD malah dikurangi. “Dalam situasi seperti ini anggaran yang dialokasikan dari APBD per-tahun 2020 ini justru dikurangi yakni hanyalah sebesar Rp. 32 juta. Sangat sedikit jika dibandingkan tahun lalu yakni Rp. 150 juta. Dengan anggaran yang sedikit tentu kami masih kesulitan, apalagi stok desinfektan kami sangat menipis, karena masih mengandalkan desinfektan sisa tahun kemarin,” tegasnya.
Sementara lanjut Made Ari Susanta, anggaran yang diterima itu dibagi ke dalam 3 seksi. Untuk itu pihaknya berharap di APBD perubahan nantinya anggaran untuk Distan bisa ditingkatkan. Menyikapi hal ini, Susanta menyatakan provinsi bersedia menyalurkan bantuan desinfektan. Di Karangasem sendiri kata Ari Susanta, tercatat sebanyak 180 ekor babi yang mati sementara populasi babi sebanyak 103.456 ekor. Babi yang mati tersebar di beberapa wilayah yakni Desa Manggis 35 ekor, Besakih 4 ekor, Ababi 59 ekor, Amerta Buana 9 ekor, Tenganan 12 ekor, Tumbu 17 ekor, dan Desa Pertima 38 ekor, serta Desa Bug-bug 6 ekor.
Namun di luar ini masih banyak kasus kematian babi yang tak dilaporkan masyarakat ke Distan. “Nah, ini pun menjadi salah satu kendala kami, masyarakat banyak yang enggan melapor jika ada babi yang mati. Untuk kematian babi di Karangasem, Distan sendiri belum berani memastikan apakah dikarenakan virus ASF. Karena untuk memastikan hal ini perlu dikaji lebih dalam lagi, namun penelitian sudah dilakukan dari atas, kita tinggal menunggu hasilnya,” ujarnya. *** Cahayamasnews.com/Tim-02.
Facebook Comments