October 4, 2024
Adat dan Tradisi

Sambut Karya Nyanjan, Desa Adat Selat Pandan Banten Gelar Upacara Makiis, Ribuan Krama Berjalan Kaki  Tempuh Jarak 6 Km

SINGARAJA (CAHAYAMASNEWS.COM). Bertepatan pada rahina Wrespati Kliwon Warigadian Sasih Katiga (Kamis, 05 September 2024), ribuan Krama Desa Adat Selat Pandan Banten tumpah ruah dengan berjalan kaki mengiringi Pelawatan Ida Bhatara, dalam upacara Melasti/Mekiis ke Pura Segara Celuk Agung. Melasti ini merupakan rangkaian Karya Nyanjan yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Sebelum menuju ke Pura Segara Celuk Agung yang berjarak kurang lebih 6 kilo meter tersebut, krama desa terlebih dahulu berkumpul di Pura Desa/Pura Pamulungan untuk melaksanakan rangkaian prosesi upacara sesuai adat tradisi yang berlaku di desa setempat. Seperti apa pelaksanaannya?. Berikut ulasannya.

Bendesa Adat Selat Pandan Banten, I Putu Mariasa,SE., mengatakan, upacara Melasti dilakukan sebagai rangkaian dalam melaksanakan Karya Nyanjan yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Dua hari sebelum Melasti tepatnya pada rahina Anggara Pon Warigadean (Selasa 03 September) prajuru dan pemangku melaksanakan upacara Ngerapuh lan Ngelisin ring sowang-sowang pura kayangan Desa lan Catus Pata,

Selanjutnya pada rahina buda wage warigadian, (Rabu 4 September 2024) dilaksanakan upacara ngampil Ida Bhatara sami, dan selanjutnya pada hari Wrespati Kliwon Warigadian, (Kamis 05 Sepetember 2024), pada pagi harinya para pemangku dan prajuru melaksanakan upacara Ngerapuh di tempat Melis, dan baru kemudian pada sore harinya dilaksanakan upacara Melis/Mekiis ke Segara Celuk Agung.

Sejak pukul 11.00 wita, ribuan krama desa tampak berkumpul di Pura Desa/Pemulungan dan sekitarnya. Para pecalang pun terlihat sibuk mengatur posisi iring-iringan krama tersebut, sehingga selama perjalanan menuju ke lokasi Melis/Mekiis dapat berjalan aman dan tertib sesuai yang diharapkan bersama.

Setelah prosesi upacara di Pura Desa selesai dilaksanakan, pada pukul 13.00 wita, iring-iringan ribuan krama dan 55 jempana/pengogongan yang telah diatur posisinya masing-masing, dengan berjalan kaki mulai bergerak menuju ke Segara Celuk Agung yang berjarak kurang lebih 6 kilo meter tersebut. Sontak momen ini mengundang perhatian krama desa yang dilewati dan sekaligus menjadi tontonan dan hiburan menarik.

Masing-masing dadia mundut joli/jempana dan diiringi krama lainnya. Tampak wajah-wajah mereka berseri penuh semangat dan bahagia mundut dan mengiringi Ida Bhatara menuju ke Segara Celuk Agung, seakan tak merasakan lelah. Suara Gong Raja Duwe yang merupakan gambelan sakral yang dimiliki Desa Adat Selat Pandan Banten, baleganjur, dan lantunan kidung mewarnai dan sekaligus mengiringi prosesi Melasti/Mekiis tersebut.

Untuk Melasti tahun ini diikuti oleh 31 dadia. Untuk lancarnya pelaksanaan melasti tersebut, terutama dari segi pengamanan dan kelancaran lalu lintas saat melintas dan masuk ke jalan menuju Pura Segara Celuk Agung, tepatnya di jalan utama jurusan Singaraja-Gilimanuk, Pecalang Desa Adat Selat Pandan Banten dibantu juga oleh Pecalang Desa Adat Anturan dan Polsek Sukasada.

“Prosesi Melasti merupakan simbolisasi nganyudang malaning gumi ngamet tirta amertha yang berarti menghanyutkan atau membuang segala kotoran alam menggunakan air suci (tirta segara). Kotoran yang dimaksud adalah segala kotoran (dosa), baik dalam diri manusia (Bhuana Alit) maupun yang ada di dunia (Bhuana Agung), sehingga selama prosesi Karya Nyanjan dilaksanakan dapat berjalan aman, dan lancar sesuai tujuan bersama,” ujar Jro Bendesa Putu Mariasa.

Bersumber dari Lontar Sunarigama dan Sanghyang Aji Swamandala yang dirumuskan dalam bahasa Jawa Kuno menyebutkan: “Melasti ngarania ngiring prewatek dewata angayutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana” Yang artinya Melasti adalah meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata manifestasi Tuhan Yang Maha Esa untuk menghanyutkan dan menghilangkan papa klesa.

“Upacara Mekiis ini merupakan rangkaian awal pelaksanaan Karya Nyanjan ini dan merupakan momen yang sangat berarti bagi Krama Desa Selat Adat Pandan Banten, karena selain menyucikan Pralingga Ida Bhatara dan penyucian diri secara niskala, juga sebagai momentum untuk menghubungkan diri dengan alam dan spiritualitas,” ujarnya.

Selanjutnya setelah melaksanakan persembahyangan bersama dan nunas tirta, kemudian ribuan krama tersebut dengan penuh semangat ngiring Pelawatan Ida Bhatara Sami kembali ke Bale Panjang/Bale Agung Pura Desa, Desa Selat Adat Pandan Banten. Sesampainya di Pura Desa Pelawatan Ida Bhatara disanggra (disambut-red) dengan prosesi upacara yang telah dipersiapkan sesuai adat tradisi yang berlaku di desa setempat. *** CMN=TIM/ANDI.

Facebook Comments

error: Content is protected !!