
“AURA KASIH”
“PENGETAHUAN YANG MENCERAHKAN”
Oleh: I Ketut Murdana (Selasa, 21 Januari 2025).
MANGUPURA (CAHAYAMASNEWS.COM). Ketika sadar dialiri energi dan pengetahuan, lalu berkembang, mengubah menjadi lebih baik, dewasa dan selanjutnya semakin bijaksana. Saat itulah sesungguhnya pengetahuan mengalir, menjadi aliran yang berenergi suci, hidup dan menghidupi lalu melayani kehidupan. Artinya pengetahuanlah yang mengubah, meningkatkan derajat martabat, membahagiakan dan akhirnya membebaskan. Membebaskan dapat dimaknai dan dirasakan dari sesuatu yang tak diketahui, lalu terbuka untuk mengenal, mencintai lalu sadar pada esensi penyempurnaan diri mencapai kesejatian. Selanjutnya menerebos menyatu dengan hakekat esensialnya, yaitu: “Kebahagiaan”
Walaupun terasa agak sulit memahami realitas tersembunyi yang bergerak hidup menyeluruh nan substansial ini. Demikian pula Bhagawan Parasurama menegaskan kepada Karna bahwa; apabila menjadi seorang pemanah jiwa mesti ditempatkan sepenuhnya pada panah-panah itu, menjadi kesatria sejati.
Jangan sampai menghina panah-panah itu untuk menghancurkan tatanan kebajikan dharma, berpihak pada kejahatan. Ketika itu terjadi pengetahuan itu akan tercabut dari kuasa-Nya, hingga kekuatannya tak berguna lagi, sebagai guru dhaksina Aku menegaskan kebenaran ini. Demikian wejangan Bhagawan Parasurama kepada Karna setelah menyelesaikan pendidikannya.
Demikianlah kekuatan kuasa Guru Sejati yang telah menyatu dengan jiwa pengetahuan itu, dan jiwa pengetahuan itu menyatu meresapi kehidupan selalu merefleksikan kebenarannya (siddhi). Ketika arah alur meresapi prilaku hidup, dijiwai pengetahuan material dan pengetahuan suci, kebenaran ini menjadi “jalan” dan “pegangan” hidup menuju sinar suci pencerahan sejati. Itu artinya “mencapai”.
Dalam kontek pemahaman ini pengetahuan merupakan jalan terbuka dan membuka menembus ruang misteri, kemudian jiwa terasa terang benerang, bersifat mempribadi. Semuanya itu diawali proses “keraguan” menembus realitas penuh misteri dengan tanda tanya yang tiada henti. Ketika segala cara dan keberanian, menembus membuka setiap misteri, maka misteri akan menjadi kenyataan beraneka varian dan substansinya, yang terindrawi maupun yang meresap. Oleh karena itu pengetahuan meliputi aneka obyek yang bermisteri, lalu ruang-ruang yang ditembus menjadi pengetahuan khusus, yang berguna sesuai arah tujuan hidup itu sendiri.
Pengetahuan dapat dimaknai sebagai pegangan hidup, artinya pengetahuan yang bernilai kebenaran, kebijaksanaan yang mendamaikan. Dalam kontek inilah “pengetahuan” merupakan paduan yang bersatu padu antara: spiritual, agama, filsafat, psikologi, biologi, sejarah, fisika, seni dan lain-lainnya. Semua itu obyek studinya adalah alam, tentang keteraturan, sifat-sifafnya harmoni dan yang berlawan, panas, dingin, padat cair, hidup dan mati dan seterusnya, tak henti-hentinya untuk dipelajari.
Jawabannya setiap temuan besar menentukan pase jamannya yang selalu berubah dan berkembang, demikian seterusnya. Dengan demikian pengetahuan membuka realitas baru yang memajukan dan menyempurnakan. Ketika proses pemajuan itu tak disadari lalu mencoba ditutup oleh aneka intrik dan kemalasan menjadi pembohongan, maka akan bertentangan dengan kodrat esensial alamaiahnya. Akibatnya tenggelam dalam kebutaan diri dalam narasi keteraturan semesta.
Entah apa nanti identitas jaman seratus tahun lagi?. Tentu jawaban dari semua itu adalah perjuangan manusia, meningkatkan kesadarannya menerebos misteri, merefleksikan ke realitas duniawi. Memberi daya hidup bermartabat, penyempurnaan diri. Memaknai untaian narasi di atas, pengetahuan adalah esensi hidup nan vital. Oleh karena itu insan-insan duniawi mesti selalu sadar belajar dan terus belajar, pada pengetahuan yang sudah tersurat dan yang tersirat dan yang belum tersurat melalui penjelajahan yang intensif, hingga saatnya tiba, menemukan esensi vitalnya yang mampu memberi daya guna peningkatan tarap hidup manusia. Bukan membiarkan kesempatan yang tersedia lewat begitu saja, tanpa makna.
Oleh karena itu membaca, berdiskusi membahas pengalaman adalah ruang pembangkit semangat, memperhalus kepekaan indriya-indriya, logika, nalar, emosi agar sadar pada eksistensinya masing-masing. Kesemuanya mesti terkontrol logoka, etika sopan santun dan estetik sundharam, merefleksikan kebijaksanaan. Bukan memotong jalur berkelakar, yang sesungguhnya menunjukkan ketidak pahaman dan ketidak aripan tentang obyek dan subyek pengetahuan itu sendiri.
Ketika sudah demikian pengetahuan yang dipelajari mampu mecerdaskan logika nalar berpikir, lalu mencerahkan rasa emosional nan estetik merefleksikan prilaku jujur dan kebijaksanaan, sehingga bisa memberi sesuatu yang berguna bagi insan-insan untuk kemajuan bangsa dan negara. Ketika sudah demikian energi suci pengetahuan selalu merefleksikan vibrasi suci yang menyegarkan, membahagian dan mendamaikan. *** Semoga Menjadi Renungan dan Refleksi, Rahayu.
Facebook Comments