December 9, 2024
News

Melalui Progam Pengembangan Desa Wisata, Ny. Tjok Putri Hariyani Harap Jadi Upaya Pemberdayaan Sekaligus Mitigasi Kekerasan

Pemprov Bali (Cahayamasnews). Sosialisasi tentang bentuk-bentuk kekerasan dan cara pencegahannya harus terus dilakukan, hal ini dimaksudkan agar masyarakat khususnya perempuan jadi lebih mengetahui dan menyadari bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga, merupakan pelanggaran hak asasi manusia  dan kejahatan terhadap martabat kemanusian serta bentuk diskriminasi yang harus dihapuskan. Mengingat pentingnya membangun kesadaran bahwa persoalan kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan sosial, bukan individual, juga dapat mendorong korban untuk berani mempersoalkan kasusnya, serta mengupayakan jalan untuk menghadapi dan menyelesaikan persoalan itu, yang ada di tengah-tengah masyarakat. 

Demikian disampaikan Ketua Forum Komunikasi Partisipasi Publik untuk Kesejahteraan Perempuan dan Anak (Forkomwil Puspa) Provinsi Bali Tjok Putri Hariyani Ardhana Sukawati pada Kegiatan Launching Komunitas Inisiator Desa Wisata yang berlangsung di Gedung Serba Guna, Desa Penatahan, Penebel, Tabanan. Menurut Tjok Putri Hariyani, bentuk-bentuk kekerasan yang manifestasi dalam KDRT keluarga Bali beraneka ragam. Tiga bentuk yang paling umum adalah, kekerasan fisik, kekerasan verbal, dan kekerasan simbolik. “Sebenarnya dalam sistem keluarga dan kekerabatan orang Bali juga memiliki seperangkat kearifan untuk mengendalikan aneka kekerasan dalam rumah tangga,” ujarnya.

Kearifan tersebut antara lain : kearifan ritual (upacara bersama), kearifan social melalui hubungan integratif keluarga luas sampai sistem klan, kearifan kultural melalui referensi teks melalui mulat sarira, tatwam asi, menyama braya, tri hita karana, sampai dengan sistem konsultasi kepada tokoh senior, tokoh adat, dan tokoh agama seperti sulinggih. Dalam persfektif rwa-bhineda (dualistik), kedamaian dan kekerasan adalah dua sisi berlawanan dari satu mata uang, satu sistem kehidupan yang dinamik. Hidup dalam kedamaian, keamanan, dan kesejahteraan adalah satu cita-cita. Sebaliknya hidup dalam kekerasan adalah hidup tanpa makna.

“Memang diharapkan agar pada akhirnya mereka mempunyai keberanian mengungkapkannya hal ini tidak terlepas dari kampanye pencegahan tindak kekerasan dan UU PKDRT yang terus di kumandangkan. Saya menyambut baik upaya-upaya ke arah ini yang juga sejalan dengan apa yang dilakukan oleh LBH BALI WCC sebagai sebuah lembaga yang konsen terhadap perempuan dan anak, khususnya korban kekerasan. Permasalahan terbatasnya lapangan pekerjaan di tingkat desa menyebabkan generasi muda dan perempuan lebih mencari pekerjaan keluar desa atau ke kota.

Dengan adanya program desa wisata akan dapat membantu dalam menyediakan lapangan pekerjaan bagi para perempuan dan remaja. Progam Pengembangan Wisata Berbasis Komunitas untuk Kesejahteraan dan Kemandirian Perempuan dan Remaja dalam Pencapaian Three Ends diharapkan dapat menjadi upaya pemberdayaan sekaligus mitigasi kekerasan untuk membangun kemandirian serta meningkatkan kesejateraan terutama bagi perempuan dan remaja di wilayah setempat, yang secara sinergis juga menjadi upaya dalam mencapai tujuan dari program Three Ends dari KPPPA, dan sejalan juga dalam kerja-kerja FORKOMWIL PUSPA PROVINSI BALI. *** Cahayamasnews.com/HmsPemprov

Facebook Comments

error: Content is protected !!