Puluhan Ekor Sapi Mati Misterius di Desa Ulian, Kintamani, Bangli
BANGLI (CAHAYAMASNEWS). Sejumlah peternak di Desa Ulian, Kecamatan Kintamani, mendadak dikagetkan dengan matinya sapi milik sejumlah warga secara mendadak dan misterius. Tercacat sekitar tiga puluh ekor sapi mati mendadak mulai dari anak sapi hingga sapi dewasa. Kondisi ini sangat meresahkan peternak, khususnya yang memiliki sapi. Perbekel Desa Ulian saat dihubungi Senin (03/02/2020) membenarkan adanya kejadian tersebut. Dikatakan, sapi milik warganya diketahui mati pada sore hari, karena pemilik mengetahui secara persis kejadian itu sampelnya sudah diambil sekitar Sabtu (25/01/2020). “Kita belum bisa memastikan apa penyebab kematian sapi itu,” katanya.
Disebutkan, kematian sapi di Desa Ulian Kecamatan Kintamani Bangli yang juga merupakan kematian baru pertama kali terjadi. Pihaknya awam terkait masalah itu, meski demikian dirinya telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah jatuhnya korban lain. “Terkait hal itu Kami telah melaporkan ke Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangli dan tim turun ke lokasi untuk mengidentifikasi serta mengambil sampelnya,” sebut Berana. Menurutnya pakan yang diberikan hanya rumput saja, tidak ada yang lain seperti makanan tambahan, paginya diberikan pakan sorenya lantas kondisinya lemas dan besoknya sudah mati. Banyak peternak yang menjual sapinya lebih murah misalnya sapi yang harganya sudah mendekati Rp. 11 juta dijual dengan harga Rp. 8 juta.
Hal itu dilakukan untuk menghindari kerugian yang lebih banyak. Dicatat dalam sebulan sapi mati sekitar 30 ekor lebih, penyebabnya belum diketahui. Dia berharap Dinas terkait untuk segera menyampaikan hasil lab yang sudah diambil sampelnya,” ujarnya. Sementara Kadis Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli I Wayan Sarma saat dikonfirmasi terkait masalah tersebut mengatakan sudah sejak tanggal 31 Desember 2019 sedangkan tanggal 4 Januari 2020 baru dilaporkan ke Dinas PKP. Pihaknya telah menurunkan tim menyelidiki kematian sapi itu. Untuk memastikan penyebab kematian tersebut pihaknya sudah mengambil sampel hewan lagi untuk dibawa periksa di lab.
“Kami sudah ambil sampel bahkan terakhir sekitar 10 hari lalu bersama BBVet Denpasar. Hasilnya tidak ada tanda mengarah ke penyakit tertentu, tetapi karena kerumunan lalat, diduga akibat menurunnya nafsu makan kerena gangguan fisik, kemungkinan akibat tifani (perut kembung) akibat rumput yang masih berembun, sehingga penurunan daya tahan tubuh,” jelasnya. Lebih lanjut disampaikan, kejadiannya sporadis hanya terjadi di satu tempat tidak terkonsentrasi di satu tempat. Ini hanya terjadi di Desa Ulian saja sementara di desa tetangga tidak ada terjadi. “Kita sarankan agar dari pemberian pakan hijauan terutama rumput, agar dilayukan dulu sebelum dikasi pakan sapi,” pungkasnya. *** Cahayamasnews.com/Agung Natha.
Facebook Comments