October 24, 2024
News

Harga Bibit Babi Terus Menanjak, Peternak Mulai Bernapas Lega dan Sumringah

AMLAPURA (CAHAYAMASNEWS). Kakulasi dari sisi rugi dan untung sebagai peternak babi antara penggemukan dan pembibitan babi (kucit), masyarakat lebih cendrung memilih pembibitan babi dari pada penggemukan babi, karena dinilai lebih menguntungkan. Terlebih setelah terjadi virus ASF menyerang para peternak babi di Bali dan banyak ternak mereka mati, sehingga sekarang harga bibit babi melonjak cukup tinggi. Seperti yang dijelaskan salah satu warga I Ketut Widnyana (43 tahun), yang tinggal di Banjar Tihingtali, Desa Abang, Kabupaten Karangasem, Rabu (27/1/2021) saat ditemui di kandang babinya. Dimana sejak dua tahun lalu dirinya menggeluti profesi ternak pembibitan babi merasakan keuntungan tersebut.

Diceritakan Widnyana, ketertarikannya menggeluti ternak pembibitan babi diawali dengan profesi jual beli babi potong (saudagar) di seputar wilayah Tihingtali, Abang. Kemudan setelah melihat peluang dirinya tertarik menggeluti ternak pembibitan. “Mulai bulan Juli tahun 2018, mulai memelihara indukan sebanyak dua ekor, hingga sempat memiliki induk 27 ekor,” ujar suami Ni Kadek Erawati menjelaskan.

Bapak tiga orang anak ini mengaku sangat bersyukur usaha yang gelutinya sampai tahun ini masih berjalan baik. Saat ini jumlah induk babinya masih 15 ekor, yang ditempatkan pada kandang model batrai  isinya satu ekor. Dengan sistem kandang batrai menghindari babi supaya tidak banyak bergerak atau berputar – putar. Sejak mulai kawin membutuhkan waktu 45 hari   untuk siap dijual. Dalam perkawinannya dirinya memilih cara alami dan kini memelihara dua ekor babi pejantan dan per-ekor mampu melahirkan 10 ekor.

“Untuk harga jual bibit berkisaran Rp. 1,3 juta per-ekor dengan berat 15 kilo, kenaikan harga bibit ini dirasakan mulai dua bulan lalu. Bibit yang siap dijual telah mendapat suntikan vaksin   sebanyak 5 kali  sejak lahir,” ujarnya. Harga bibit per ekor sebelum serangan virus ASF per ekor paling tinggi kisaran 800 ribu, dan sekarang bisa mencapai Rp. 1 juta hingga Rp. 1.3 juta. Ketut Widnyana memulai awal profesi peternak pembibitan mengandalkan modal dari pinjaman dari keluarga untuk membeli pakan dan bibit induknya, dan sangat bersyukur semua keluarga sangat mendukung, dan pernah sampai 90 juta meminjam hanya membeli pakan saja.

Di sisi lain seorang pengepul daging babi asal Dusun Abang Kelod, Desa Abang Ni Wayan Putu mengatakan, memang benar harga daging babi saat ini mengalami peningkatan yang sangat tinggi dari kemarin harga di pasaran per-kilo Rp. 70.000 hingga sekarang sudah mencapai Rp. 80.000 hingga Rp. 85.000. “Bahkan kemarin ada yang bilang sampai Rp. 100.000-an harga per-kilo di pasar, namun untuk saat ini harga di pasar lokal di sini baru mencapai Rp. 80.000 – 85.000  rupiah,” ujarnya. *** Cahayamasnews.com/Tim-01

Facebook Comments

error: Content is protected !!