
“AURA KASIH”
“MEMANDANG HIDUP DALAM KEHIDUPAN”
Oleh : I Ketut Murdana (Selasa: 6 September 2022)
Cahayamasnews.com. Merasakan dan memandang hidup dalam kehidupan memasuki ruang dalam berbagai dinamikanya, dinamis pasang surut, suka dan duka, konflik dan harmoni dan seterusnya, menjadikan kita semakin mengerti, memaknai dengan harapan penyempurnaan mencapai kebijaksanaan serta sejahtera dan damai.
Melalui realitas inilah sesungguhnya penyadaran dan proses edukasi kejiwaan untuk mengenal diri dan kesejatiannya berjalan terus menerus sepanjang hayat. Melalui pilihan-pilihan tertentu, berbekal kecerdasan spiritual hingga bisa memandang hakekat kebendaan dan esensinya. Selanjutnya benar-benar memahami antara “sarana” dan “tujuan”.
Patut diingat bahwa: “Kekuatan godaan sarana seringkali menggagalkan tujuan”, membuat kabur dan tenggelamnya tujuan, hingga hidup menjadi hampa. Bahkan ketakutan meninggalkan mewah material duniawi yang menggiurkan, dengan ilusi-ilusi tertentu tentang pewarisan dengan segala konsekuensinya.
Berbagai kitab suci agama telah diturunkan dan diajarkan oleh para suci, menuntun agar selalu terbangun dan bergerak mencapai “tujuan hidup” yaitu mencapai kedamaian sejati atau kebebasan abadi. Dalam kontek berbangsa dan bernegara, terbangunnya kesadaran persatuan dan kesatuan bangsa, mencapai tujuan yaitu adil dan makmur. Seiring dengan gelombang dinamika itu seringkali terjadi “keputusan” atau “kesepakatan”, yang tidak mengakomodasi ruang-ruang kehidupan yang berbeda-beda dan beragam.
Menjadi pembenaran atau angan-angan kebenaran tunggal yang selalu dikukuhkan dan ingin ditradisikan. Akibatnya seringkali menghadapi konflik horizontal, dan pertentangan kebenaran dan konflik sosial selalu terjadi. Walaupun dibalik semua itu dapat diserap esensi makna yang sesungguhnya. Walaupun realitas ini sulit dimaknai dalam berbagai tingkat strata kehidupan.
Ketidak sadaran menimbulkan kecerobohan, terutama oknum-oknum pengemban tugas-tugas kenegaraan yang semestinya mengayomi harmoni kehidupan berbangsa dan bernegara, justru merusak pilar-pilar kokoh pembentuknya. Berbagai kasus yang telah terungkap, tidak membuat jera para tokoh asura agar bisa teredukasi, malah justru semakin keras dan sewenang-wenang.
Tetapi di balik semua itu, doa-doa suci ketulusan bagi orang bijak yang selalu berharap dan menginginkan terciptanya kedamaian di dunia ini. Kebenaran itu barangkali terjawab oleh Yang Maha Kuasa, berkat-Nya mengalir melalui ketegasan dan kejujuran orang penegak kebenaran di bumi, yang selalu ingin berbenah mencapai penyempurnaan.
Walaupun keberadaannya masih langka. Tetapi patut disadari bahwa perlindungan alam semesta pasti berpihak pada abdi-abdi kebajikan dharma. Oleh karena itu, “pilihan” hidup mesti ditempatkan pada jalan dharma hingga siap “dipilih” untuk melaksanakannya
Memaknai realitas ini kebenaran adalah konstruksi kesadaran sebagai kemurnian realitas semesta untuk mencapai penyempurnaan diri agar bisa kembali kepada realitas suci semesta itu sendiri, melalui jalan kebajikan dharma. Ketika sudah demikian individu telah diposisikan dalam perannya sebagai warga negara yang mampu memberi sesuatu yang baik dan berguna untuk bangsa dan negara serta terwujudnya kemuliaan pribadinya.
Mewujudkan kebenaran ini, walaupun tidak mudah di jaman Kaliyuga ini, tetapi ingatlah bahwa terinjak-injaknya dharma adalah wujud kebangkitannya, karena ia adalah esensi kehidupan. Semoga menjadi renungan dan refleksi. Rahayu.
Facebook Comments