January 8, 2025
Seni dan Budaya

“AURA KASIH”

“TERKENDALI”

Oleh  : I Ketut Murdana (Rebo : 28 Desember 2022).

BADUNG (CAHAYAMASNEWS.COM). Hidup sesungguhnya adalah “Pengendalian diri”, agar bisa terkendali oleh kuasa Tuhan yang ada dalam diri (atman) dan Kemahakuasaan Tuhan di luar diri (Paramatman atau Brahman), serta kuasa-Nya yang mempribadi. Mengendalikan idriya-indriya nafsu dan ego agar tunduk pada kuasa atman atau jiwa yang suci sebagai penuntun dalam diri setiap orang (Guru Swadyaya). Hanya melalui sifat yang sucilah akan bisa bersatu dengan sifat-Nya yang Mahasuci, kebenaran jnana ini direfleksikan menjadi simbol banten suci sebagai persembahan. Inilah edukasi panjang kehidupan untuk mencapai penyatuan yang juga disebut pembebasan mencapai kedamaian abadi.

Sifat suci itu salah satunya adalah sadar swadharma, sebagai pelayanan tulus pada-Nya. Bagavad-Gita, telah menguraikan bahwa membunuh kekuatan pengusung adharma, adalah kewajiban bagi seorang kesatriya dharma. Karena telah melewati hukum keseimbangan. Dalam menertibkan kembali terdesaknya dharma dalam aksi dan interaksi kehidupan di bumi.

Kepribadian Tuhan (Sri Krishna) menjadi pengalir, penuntun, pengendali, pencerah serta pembebas kegelapan bagi kesatriya dharma, hingga dharma tegak kembali di bumi. Itu artinya pengabdian lebur demi tegaknya kuasa dharma, yang mesti dilakoni oleh setiap orang pendamba kedamaian.

Perjalanan panjang sejarah kehidupan menyebutkan bahwa pengikut dharma selalu berubah presentasenya menuju kekuatan puncaknya, hingga melampaui batas kemampuan manusia untuk mengendalikan. Akibatnya orang-orang sadar terhadap kegelisahannya hanya bisa berdoa kepada Tuhan, dengan tulus untuk memperoleh berkat perlindungan-Nya.

Jadi kesadaran yang terhubung dan terkendali kepada Yang Maha Sadar menentukan arah kebajikan hidup itu sendiri. Oleh karena itu, merasakan dan menemukan sifat kepribadian Tuhan sebagai Guru Sejati, adalah jawaban yang paling berharga bagi kehidupan di zaman Kaliyuga ini, agar hidup tertuntun, terkendali oleh dharma, dan tidak terjebak tipuan-tipuan ilusi maya asura yang menyesatkan.

Cerdas propokasi-propokasi tawaran sorgawi, berprilaku kejam anti toleransi, menghina dan sejenisnya dikukuhkan sebagai “Kebenaran Spiritual”, patut dijauhi sejauh-jauhnya demi kedamaian berbangsa dan bernegara. Tugas utama kewajiban berbangsa dan bernegara inilah patut diperjuangkan bersama-sama, mendukung kerja pemerintah mewujudkan medamaian bagi bangsa dan negara. *** Semoga menjadi renungan dan refleksi. Rahayu.

 

 

 

Facebook Comments

error: Content is protected !!