“AURA KASIH”
“SINGGASANA MEMBARA”
BADUNG (CAHAYAMASNEWS.COM). Oleh: I Ketut Murdana (Selasa : 1 Maret 2023). Betapa menariknya “Kursi” Empuk, bahkan panas membara, akibat dibakar dan selalu digoyang lawan-lawannya. Tetapi dibalik realitas itu juga bangkit semangat membara bayang-bayang kenikmatan yang menggiurkan, berimplikasi terhadap sumringah material duniawi. Bayang-bayang itu mensugesti semangat, menentukan segala cara untuk mencapai kemenangan. Ingin mewarnai realitas dengan indentitasnya masing-masing. Bahkan warna simbolik nan religiuspun terkadang dikaburkan dengan interpretasi masing-masing.
Bila kemenangan tidak tercapai, dan ketidak siapan untuk kalah, muncul alasan untuk mengkritisi yang menang. Membangun isu-isu, bahkan gugatan dengan berbagai isu kecurangan serta konstruksi opini publik yang justru memperburuk keadaan. Walaupun dalam teori akan selalu menghormati yang menang, tetapi sangat berbeda prakteknya di lapangan. Dinamika inilah realitas, yang setiap saat mesti menjadi edukasi penyadaran bersama di era demokrasi dan keterbukaan saat ini.
Ajaran agama mesti dimaknai sebagai penjernihan dan perbaikan moralitas untuk mencapai tujuan hidup sesungguhnya yaitu hidup damai dengan semua ciptaan-Nya. Bukan politisasi agama yang semakin mengeruhkan keadaan, yang menciptaka petaka bagi umat manusia. Realitas ini semakin menjadi-jadi, menjauhkan nilai religiositas dan kesantunan antar sesama, menjadi semakin kasar dan bringas. Mudah-mudahan di balik semua itu, dapat membangkitkan nilai-nilai penyadaran terhadap hakekat berbangsa dan bernegara.
Betapa sulitnya mencapai realitas kebenaran ini di Zaman Kaliyuga, karena demikian kuat pengaruhnya. Mengakibatkan manusia kelimpungan tanpa disadari, karena demikian gelapnya kabut misteri yang mengungkung kesadaran. Hingga suara-suara kesadaran yang menjadi Guru penyelamat hidup dalam diri masing-masing terabaikan. Itu artinya, pikiran, Indriya-indriya napsu dan ego tidak tertunduk oleh kesadaran itu sendiri (sifat suci atman). Akibatnya semuanya liar tanpa arah, menjadi kebingunan yang membingungkan.
Belenggu ini merupakan kabut, yang mesti ditembus dengan karma sadhana kesucian yang kuat dan terus menerus serta tertuntun. Tugas besar umat manusia di Zaman Kaliyuga ini yang patut disadari dan dilaksanakan. Agar hidup menjadi bermakna dengan ajaran suci agama. Singasana-singasana yang akan diduduki mesti diperjuangkan atas dasar kebajikan (dharma), hingga terlindungi oleh dharma itu sendiri. Bukan atas dasar kekutan asura yang menciptakan arogansi dan kesewenang-wenangan sudah pasti akan berakhir di neraka. *** Semoga menjadi renungan yang cerdas dan arif bijaksana, Rahayu.
Facebook Comments