April 27, 2025
Seni dan Budaya

“AURA KASIH”

“MEMULIAKAN DAN MENGHORMATI LELUHUR”

Dipetik dari Bhagawadgita, XIV, 11-14 (Tiga Sifat Alami Material).

Oleh:  I Ketut Murdana (Rebo:  27 September 2023).

BADUNG (CAHAYAMASNEWS.COM). Betapa pentingnya menengok dan memahami sesaat, makna yang tersirat dalam suratan pengetahuan dalam kitab suci. Apa yang menjadi tuntunan-Nya agar perlahan meresap, memaknai, dan merefleksikan perilaku hidup berpengetahuan suci. Kesadaran mengantarkan pintu-pintu rohani “terbuka” meresap ke dalam segenap unsur jiwa. Mengendalikan perilaku hidup terkondisi pengetahuan suci. Kebenaran hidup seperti inilah menjadi tuntunan dan harapan Para Suci Leluhur menurunkan kitab suci.

Oleh karena itu mempelajari pengetahuan suci adalah salah satu sadhana menghormati Para Suci Leluhur. Perjuangan memperoleh anugrah pengetahuan suci dan menurunkannya kepada umat manusia adalah kemuliaan yang tiada tara. Memuliakan dan menghormati-Nya serta melaksanakan adalah kewajiban.

Bukan hanya gembar-gembor menghormati leluhur, tetapi kerjanya mabuk-mabukan, judi, dan menghina orang-orang suci. Betapa besar dosa-dosa itu, yang pasti diterima pada saatnya. Tetapi akibat ketidaktahuan dan ketidaksadarannya terhadap kerja hukum semesta, mereka bisa tenang-tenang saja. Itu artinya, kekuatan tamasika telah membungkus kesadarannya menjadi jiwa-jiwa berkarakter asura bertindak adharma.

Untuk apa penghormatan kepada Leluhur itu…?, tiada lain adalah untuk bisa memahami dan mampu melaksanakan tujuan hidup mencapai kesejahteraan dan kedamaian abadi, bagi generasi penghuni dunia pana ini. Meresapi makna ini, menghormati Leluhur adalah menghormati Guru (Sad dan Sat Guru).

Menghormati artinya menyadari melalui kasih pengetahuan suci-Nya, yang menuntun. Sadar dan penuh keyakinan melaksanakan kebenaran, melalui tuntunan sifat kuasa-Nya, inilah menjadikan terbukanya aliran pengetahuan meresap ke dalam diri. Ketika sudah demikian, bagi yang melakukan akan merasakan kehadiran Dewi Saraswathi yang benar-benar menuntun.

Tidak mudah memang menyadarkan diri, penuh desiplin melaksanakan kewajiban. Alasan olah pikir ini seringkali menggema bahkan menjadi pembenaran-pembenaran hingga seseorang semakin terbungkus oleh kemalasan (tamas) hingga lahirlah kebodohan yang menguasai. Tidak sadar akan “perangkap alasan” yang membelokkannya ke jalan olah pikir tamasika. Menjadi kegagalan mencapai satwam, yaitu kesucian jiwa yang membawa kepada penyatuan sesungguhnya.

Mewaspadai pikiran agar tidak dikuasai oleh kemalasan yang membodohkan, sangat penting. Barangkali setiap orang tidak ingin menjadi orang bodoh. Oleh karena itu bangkitlah dengan kesadaran yang digerakkan oleh enerji semangat hidup (rajas), mencapai kebijaksanaan (satwam).

Sabda-Nya terurai dalam kitab suci mesti menjadi petunjuk jalan, sekaligus kontrol menimbang untuk bersemangat menembus kegelapan. Menjadi kestria-kesatria dharma, yang “dibutuhkan oleh jaman ini”. Berjuang menjadi bagian kebajikan di jaman ini adalah pijar-pijar api suci menerangi kegelapan. *** Semoga Menjadi Renungan yang Cerdas dan Arif Bijaksana, Rahayu.

Facebook Comments

error: Content is protected !!