October 25, 2024
News

Wujudkan Keseimbangan Bhuana Agung-Bhuana Alit, Paiketan Indra Bhuana Gelar Upacara Pecaruan Segehan Agung dan Panglukatan Khusus

MANGUPURA (CAHAYAMASNEWS.COM). Bertepatan pada hari Saniscara Kliwon Wuku Wayang (Tumpek Wayang-red), Sasih Mala Sada (Sabtu, 22/6/2024) Paiketan Indra Buwana melaksanakan upacara pecaruan (Bhuta Yadnya) berupa Segehan Agung menggunakan sarana Itik Ireng (hitam) yang bertujuan untuk nyomia (menetralisir) kekuatan energi negatif menjadi kekuatan energi positif untuk keharmonisan sekaligus mewujudkan tercapainya keseimbangan Bhuana Agung (alam semesta) dan Bhuana Alit (makhluk hidup) untuk terciptanya keselamatan, kebahagiaan, dan kedamaian sekala maupun niskala.

Tatkala tim media Cahayamasnews.com bertandang ke Gedong Suci yang beralamat di Banjar Tengah Kaler, Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, tampak sejumlah bakta sedang bersantai menikmati suasana hening dan suara binatang malam serta angin sepoi-sepoi menerpa menyegarkan badan dan pikiran. Halaman Gedong Suci yang ditata apik dan semerbak harumnya sejumlah kembang yang tertata rapi mampu menabur vibrasi yang khas penuh kedamaian.  Seiring malam terus beranjak, sejumlah bakta baik anggota paiketan maupun bakta lain terus berdatangan silih berganti.

Jro Mangku Gede Indra Dewa Putra pun dengan senyum khasnya tampak sibuk menyambut dan melayani setiap bakta yang hadir, termasuk tim media ini. Selanjutnya, setelah semua terlayani upacara pecaruan dan panglukatan itu dimulai, diawali Jro Mangku Nyoman Indra Sigit nganteb di Gedong Suci yang dihiasi dengan sejumlah pelawatan.

Sementara itu di pelataran gedong suci, tepatnya di depan arca Hyang Ganesa sarana pecaruan berupa segehan agung mulai disiapkan oleh Jro Mangku Ni Ketut Oka Padmawati dibantu bakta paiketan yang lain. Para bakta pun mencari posisi duduk masing-masing di tempat yang telah disiapkan untuk selanjutnya mengikuti prosesi pecaruan dan sembahyang bersama. Kemudian pecaruan itu dimulai diawali Jro Mangku Nyoman Indra Sigit nganteb Segehan Agung lan penyamblehan berupa Pitik Ireng (anak ayam hitam-red) dipersembahkan kepada para rencang Ida Bhatara Ratu Gede Nusa, dan Pitik Petak (anak ayam putih-red) dipersembahkan kepada para rencang Ida Bhatara Ratu Dalem Sidakarya  sane malinge-malinggih ring Gedong Suci dengan harapan beliau memberikan anugerah kerahajengan lan kerahayuan kepada para bakta yang hadir maupun terhadap alam lingkungan di sekitarnya. Sejurus itu, beberapa ekor kodok mulai berbunyi dengan suara khasnya, menambah kesan magis prosesi penyamblehan tersebut.

Jro Mangku Gede Indra Dewa Putra di sela-sela kesibukannya melayani bakta menjelaskan, berkiblat jauh ke belakang bahwa tugas mulia yang diembannya saat ini tiada lain adalah melanjutkan tugas mulia dan suci yang pernah dilakukan oleh para leluhurnya terdahulu, yang kala itu sangat disegani dan dikenal mumpuni dalam bidang spiritual, pengobatan, tenung, dan lainnya. Sempat terputus satu generasi, dan sekarang diberikan kepercayaan mengemban tugas mulia untuk membantu orang-orang yang membutuhkan dan meyakini. Hanya saja tugas itu belum bisa dilakukan secara penuh, mengingat masih aktif sebagai abdi negara di pemerintahan.

Awalnya Jro Mangku Gede Indra Dewa Putra sempat menolak, namun karena keluarganya kabrebehan (mengalami goncangan) mulai dari menderita sakit, keluarga tidak harmonis, dan lain sebagainya. Karena tidak sanggup lagi menghadapinya, maka mau tidak mau, suka tidak suka Jro Mangku memutuskan untuk menyanggupi, dengan catatan diberikan waktu sampai akhir tugasnya sebagai abdi negara. Artinya, tidak bisa sepenuhnya menjalankan tugas tersebut.

“Sesungguhnya tityang sejak dahulu kasudi ngiring ngemargiang tugas ini, namun karena terbentur waktu, maka tityang mengajukan penundaan ngiringang tugas ini secara penuh dan fokus. Rencananya saat sudah pensiun baru bisa sepenuhnya ngiringang Ida Bhatara Sasuhunan,” ujar Jro Mangku Gede Indra Dewa Putra seraya sesekali menghela napas panjangnya. Namun demikian lanjut pria yang dikenal low profil itu, jika ada penangkilan tetap dilayani, namun tidak bisa setiap hari, melainkan hanya pada hari-hari tertentu saja.

Dalam ngemargiang tetambaan Jro Mangku biasanya menggunakan sarana air dikombinasikan dengan doa permohonan kepada sasuhunan yang disungsungnya serta yang paling penting adalah keyakinan bakta yang berobat. “Tercapai atau tidaknya permohonan orang yang datang, tergantung pada kualitas keyakinan dan karma mereka masing-masing. Contoh, tak sedikit orang yang datang ke sini dari keyakinan (agama) lain terwujud atau terkabul permohonannya.  Yang sakit bisa sembuh, dan permohonan yang lainnya,” terang Jro Mangku Gede Indra Dewa Putra menjelaskan.

Sementara itu Jro Mangku Ni Ketut Oka Padmawati menjelaskan, bahwasannya setiap rahina Kajeng Kliwon dilaksanakan upacara pecaruan segehan agung yang dipersembahkan kepada Ida Bhatara-Bhatari Sasuhunan yang disungsung di Gedong Suci tersebut. Pun sekaligus memohon panugerahan beliau dengan melakukan panglukatan guna menghilangkan segala energi negatif dalam diri.

Dijelaskan, segehan agung yang dimaksud adalah berupa segehan putih kuning ditujukan kepada Hyang Widhi Wasa, segehan poleng diperuntukkan kepada Ida Bhatara Lingsir Dalem Ped. Segehan bang/barak (Merah) diperuntukkan kepada pajenengan, segehan Brumbun diperuntukkan kepada pelawatan Ida Bhatara Dalem Sidakarya dan lainnya. “Mecaru atau pecaruan adalah sebagai bagian dari upacara Bhuta Yadnya yang bertujuan untuk keharmonisan Bhuana Agung (alam semesta) dan Bhuana Alit (makhluk hidup) agar terwujudnya kehidupan yang aman, nyaman, damai dan sejahtera sekala-niskala,” jelas Jro Mangku Istri seraya menambahkan, apa yang dijalankan di sini semua berdasarkan petunjuk Ida Bhatara-Bhatari Sasuhunan yang disungsung di Gedong Suci.

Lebih jauh menjelaskan, kenapa memilih Kajeng Kliwon, karena dipercaya merupakan hari yang sangat keramat. Dimana kekuatan negatif dari dalam diri maupun dari luar diri manusia begitu mudah muncul dan mengganggu kehidupan manusia. Upacara yadnya yang dilakukan pada hari Kajeng Kliwon bertujuan untuk mencapai terciptanya keseimbangan Bhuana Agung dan Bhuana Alit, baik secara sekala maupun niskala.

Hari Kajeng Kliwon adalah merupakan hari yang perhitungannya jatuh pada Tri Wara yaitu Kajeng dan Panca Wara yaitu Kliwon. Pertemuan antara Kajeng dengan Kliwon, diyakini sebagai saatnya energi alam semesta yang memiliki unsur dualitas bertemu satu sama lainnya. Energi dalam alam semesta yang ada di Bhuana Agung semuanya terealisasi dalam Bhuana Alit atau tubuh manusia itu sendiri.

Rahinan Kajeng Kliwon diperingati setiap 15 hari sekali, dan dapat dibagi menjadi 3, yaitu: Kajeng Kliwon Uwudan (Kajeng Kliwon setelah bulan purnama). Kajeng Kliwon Enyitan (Kajeng Kliwon setelah bulan mati /tilem). Kajeng Kliwon Pamelastali (Watugunung Runtuh, yang datang setiap 6 bulan sekali)

Pada zaman dulu ada kepercayaan masyarakat Bali untuk menetralisir suatu penyakit pada hari Kajeng Kliwon. Maksudnya jika ada orang yang menderita sakit menahun seperti; Koreng, Gondongan, Bisul, yang tidak sembuh- sembuh. Maka sakit itu bisa dibuang dengan cara menghaturkan segehan/blabaran di penataran agung atau di pertigaan agung, lengkap dengan banten yang telah ditentukan dan bisanya dipilih hari Kajeng Kliwon Pamelestali (lima hari sebelum piodalan Sang Hyang Aji Saraswati), yang disebut Watugunung Runtuh.

Rahina Kajeng Kliwon diperingati sebagai hari turunnya para Bhuta untuk mencari orang yang tidak melaksanakan dharma agama dan pada hari ini pula para Bhuta muncul menilai manusia yang melaksanakan dharma. Untuk itu, pada hari Kajeng Kliwon hendaknya menghaturkan segehan mancawarna, dilengkapi tetabuhannya tuak/arak berem. Di bagian atas, di ambang pintu gerbang (lebuh) harus dihaturkan canang burat wangi dan canang yasa untuk dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Durgha Dewi.

Segehan dihaturkan di tiga tempat berbeda yakni: di halaman Sanggah atau Mrajan, atau di depan Pelinggih Pengaruman, ditujukan pada Sang Bhuta Bhucari. Kemudian di halaman rumah atau pekarangan rumah tempat tinggal ditujukan kepada Sang Kala Bhucari, serta dihaturkan di depan pintu gerbang pekarangan rumah atau di luar pintu rumah yang ter-luar, ditujukan kepada Sang Durgha Bhucari. “Maksud dan tujuan menghaturkan segehan ini merupakan perwujudan bhakti dan sradha kita kepada Hyang Siwa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) telah mengembalikan (Somya) Sang Tiga Bhucari. Berarti kita telah mengembalikan keseimbangan alam niskala dari alam bhuta menjadi alam dewa (penuh sinar),” jelas Jro Mangku Gede Indra Dewa Putra seraya menutup perbincangannya dengan tim media.

Di sisi lain, Ketua Paiketan Indra Bhuana Jro Mangku Putu Sukayasa menjelaskan, paiketan ini didirikan kurang lebih 20 tahun silam ini bertujuan untuk meningkatkan Sradha Bakti kepada Ida Hyang Widhi Wasa serta Eling kepada Bhatara Leluhur. Untuk itu, secara berkala (rata-rata setiap dua bulan) dilaksanakan kegiatan Tirta Yatra.

Selama kurun waktu itu pula, banyak penangkilan/pamedek datang. Tak hanya dari umat Hindu, namun juga dari lintas agama dan keyakinan datang dengan berbagai tujuan dan permohonan, mulai memohon keselamatan, melakukan panglukatan, penyembuhan, memohon sentana, dan tujuan lainnya serta banyak yang sudah membuktikan.

“Sepanjang didasari dengan keyakinan penuh dan tulus ikhlas, maka apa yang dimohonkan akan tercapai. Jangankan dalam urusan spiritual, ketika minum suatu obat dan tidak didasari dengan keyakinan, maka obat tersebut tidak bermanfaat bagi tubuh kita alias tidak akan bisa sembuh. Demikian juga sebaliknya,” ujar Jro Mangku Putu Sukayasa bertutur.

Lebih jauh Jro Mangku Putu Sukayasa menjelaskan, kegiatan yang rituan dilakukan adalah melakukan kegiatan Tirta Yatra ke sejumlah pura sesuai petunjuk, untuk meningkatkan sradha bakti kepada Ida Hyang Widhi Wasa, Bhatara-Bhatari, serta para leluhur. “Ke depan kami berupaya mengembangkan kualitas spiritual para bakta dengan melakukan kegiatan-kegiatan positif dan bermanfaat. Dimana tidak hanya sebatas membantu umat dalam bidang spiritual, juga bidang lain seperti bidang sosial kemanusiaan dan lainnya. *** CMN=Tim/Andi.

Facebook Comments

error: Content is protected !!