October 25, 2024
Seni dan Budaya

“AURA KASIH”

“SARASWATHI” Mencintai Pengetahuan.

Oleh:  I Ketut Murdana (Jumat, 12 Juli 2024).

MANGUPURA (CAHAYAMASNEWS.COM). Hanya manusialah yang memperoleh anugrah pengetahuan, untuk menyempurnakan hidup dalam kehidupan. Demikian pula sebaliknya melalui pengetahuanlah manusia, mampu merefleksikan rasa cinta kasih untuk mencintai dan menghormati serta memuliakan pengetahuan. Berkenaan dengan kesadaran itu berarti mereka telah menghadirkan Tuhan sebagai Guru Penuntun jalan kebenaran.

Kesadaran dan ketidak sadaran meresapi Indrawi, rasa, napsu dan ego hadir bersama, menciptakan gelombang dualitas menjadi dasar kehidupan yang tak bisa dihindari oleh siapapun. Oleh karena demikian sadar berproses  menyempurnakan diri, lewat gelombang dualitas dengan segala sifat karakternya adalah hidup berpengetahuan material dan berpengetahuan suci

Itu artinya pengetahuan dapat dirasakan kebenaran dan manfaat kegunaannya, untuk kesejahteraan dan kebahagiaan umat manusia dan seluruh makhluk ciptaan-Nya. Semakin sadar terhadap proses penyempurnaan hidup, semakin banyak pula pengalaman merasakan kekurangan dan bangkitnya semangat penyempurnaan selanjutnya. Itu artinya yang dianggap salah sesungguhnya adalah “tahapan proses” pencapaian, yang mampu dilakukan saat itu. Dalam kontek inilah tercipta kesadaran penyelarasan bahwa kesalahan adalah kebenaran.

Artinya terjadi kekurangan atau kesalahan menjadi kebenaran berproses menuju pencapai kebenaran yang lebih sempurna. Kesalahan juga menumbuhkan kesadaran  evaluasi dan inspirasi penyempurnaan selanjutnya. Kekurangan atau kesalahan itu dapat dilihat, karena pikiran logis dan kualitas kesadaran rohani sudah semakin meningkat, mengenal posisi kebenaran yaitu “bagaimana seharus”. Bagaimana seharus merupakan kualitas yang mesti dicapai dalam perjuangan.

Walaupun bayangan terhadap capaian itu amat sulit diprediksi. Tetapi dalam setiap proses, realitas angan-angan yang abstrak, hadir meresapi bayangan lewat “gerak tanda-tanda yang menyentuh kalbu”, yang berbeda rasa dengan realitas naturalnya. Maksudnya adalah bayangan kesempurnaan yang “dicita-citakan” hadir lewat proses yang mengembirakan dan membahagiakan. Saat itulah pergerakan proses, menciptakan “wadah atau jalan” yang siap dialiri pengetahuan, hingga pengetahuan terus mengalir sepanjang jaman.

Disinilah sesungguh peran manusia yang lahir setiap saat menentukan kualitas diri dan kualitas peradaban jamannya. Seperti itulah kualitas manusia-manusia berjiwa besar, menciptakan kualitas dan keunggulan jamannya. Akibatnya mampu mewariskan artefak berpengetahuan sebagai sumber belajar, mengedukasi umat manusia secara holistik

Insap dan menyadari “kebenaran hakiki” ini, bisa merefleksikan lewat rasa syukur atas karunia itu. Rasa syukur merupakan ekspresi penghormatan dan pemuliaan kepada yang mengalirkan anugrah, yaitu Tuhan sebagai Mahaguru dan Guru-Guru yang selalu dekat dengan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Karena melalui pengetahuan yang mengalir manusia dapat mengenal kebutuhan jasmani dan  rohani yaitu hidup di dunia material lalu bergerak  menyempurnakan harkat martabat hidup di dunia rohani.

Walaupun kesadaran itu telah tumbuh, tentu memerlukan proses panjang edukasi. Karena didalam pergerakan proses banyak tikungan-tikungan napsu dan tipuan gelap asura maya yang sulit dipahami. Oleh karena itu pengetahuan yang telah meresapi pengalaman, menjadi Sad Guru (Guru Swadyaya) lalu merefleksikan pengabdiannya, sebagai tempat bernaung dalam kesadaran edukasi berupanisad. Seperti itulah realitas edukasi spirit dari jaman ke jaman menyatu antara “Yang Memberi dengan yang menerima”. “Sadar memberi, dan sadar menerima” adalah ikatan yang membentuk lingkaran, yang disimbolkan sebagai ikatan rudraksamala yang tak pernah putus.

Demikianlah gerak pengetahuan yang digerakkan melalui proses karma edukasi saling memberi dan saling menerima, mewujudkan pengabdian yang dijiwai kesucian hati nurani yang tulus ikhlas. Edukasi ke arah itulah mewujudkan kebenaran sejati, yang sudah semestinya diperjuangkan oleh siapapun yang hidup di bumi. Kebenaran ini telah dijawab oleh berkat-Nya menghadirkan diri-Nya lewat pengetahuan berbagai agama dan kepercayaan yang dianut oleh umat manusia dibelahan manapun di bumi ini.

Ketika sudah demikian kesadaran terhadap keterbatasan dirasakan, lalu sadar edukasi dalam perjuangan yang tiada henti adalah anugrah dan jawaban kuasa pengetahuan mengalir terus terhubung kepada-Nya. Itulah wujud Dewi Saraswathi. *** Semoga Menjadi Renungan dan Refleksi, Rahayu.

Facebook Comments

error: Content is protected !!