October 25, 2024
Seni dan Budaya

“AURA KASIH”

“SARASWATHI”  “Anugrah Terselubung Kegelapan Karma”

Oleh:  I Ketut Murdana (Sabtu, 13 Juli 2024).

MANGUPURA (CAHAYAMASNEWS.COM). Anugrah atau berkat merupakan pahala dari perjuangan karma baik, di masa lalu maupun masa kini. Anugrah itu mengalir dengan sendirinya melalui karma baik saat ini, yang terkadang tak terduga-duga kehadirannya. Wujudnya seringkali mengagetkan, hadirnya rejeki yang menyukseskan cita-cita kesejahteraan jasmana. Selanjutnya juga membahagiakan rohani dari hadirnya sahabat-sahabat baik, penuh toleransi yang mengagumkan. Lalu hati nurani “tersentak kagum” lalu sontak mengucap doa-doa puji syukur kepada-Nya.

Saat-saat sentuhan dari aliran kasih anugrah-Nya seperti itu, seluruh aspek kejiwaan terasa amat dekat bahkan seolah-olah “terhubung” membahagiakan. Barangkali itulah wujud anugrah yang telah “menyatukan”, menjadi pengalaman yang bervibrasi, dan pada saatnya akan menjadi cerita yang menarik bagi orang-orang yang terpanggil merindukan.

Dibalik kebahagiaan itu semua, banyak pula orang-orang yang tenggelam dalam kegelapan jiwa tanpa disadari, lalu “memandang situasi jaman sebagai pembenaran”. Bukan sebagai perjuangan untuk membebaskan diri dari akibat buruknya. Akibatnya segala bentuk upaya dan “prilaku kebajikan” dibuntukan lalu diabaikan oleh napsu duniawi, hingga mengorbankan segalanya untuk memuaskan napsunya. Tetapi setelah hancur berantakan, barulah jerit tangis histeris memandang semuanya itu sebagai ujian. Akibatnya amat sulit menerima kenyataan, lalu strees dengan gengsinya. Itulah realitas yang kini banyak dialami.

Demikianlah gambaran kisah Rahwana menculik Dewi Sitha, atas hasutan adiknya Surpanaka. Mendengar rangsangan yang menggaerahkan itu, demi hawa napsunya sendiri, mengatas namakan dirinya kesatria pemberani, lalu mengorbankan rakyat, prajurit, putra kesayangan, saudaranya dan juga dirinya sendiri.

Wibisana yang cerdas spiritual dan bijaksana diusir Rahwana, karena tak mau tunduk kepada Rahwana. Lalu pergi dari Alengka meminta swaka politik perlindungan kepada Sri Rama pujaannya. Makna dari kisah itu menarasikan orang baik dan cerdas, sebagai pemuja yang sungguh dan ikhlas diselamatkan dan dilindungi oleh dharma. Demikian pula bila dharma selalu diperjuangkan, maka akan bertemu dan bersahabat baik dengan orang baik dan dilindungi dharma. Itulah wujud kemenangan yang perlu dicerna, bukan hanya dirayakan saja.

Berkenaan dengan realitas itu, dapat dipahami bahwa anugrah itu adalah pahala kebajikan yang bervibrasi, lalu mengayomi, menuntun orang-orang yang berniat baik agar menjadi lebih baik lagi. Artinya melalui anugrah itu dapat membebaskan kegelapan lalu perlahan menjadi jiwa-jiwa yang terang benerang.

Demikian pula dibalik anugrah adalah “hukuman” sebagai pahala dari perbuatan buruk yang membiarkan hawa napsu meraja lela dalam diri sendiri, lalu mengorbankan segalanya. Walaupun Rahwana digambarkan sebagai pemuja Dewa Brahma dan Dewa Shiva yang paling cerdas dan taat. Tetapi dibalik semua itu, dia memanfaatkan pahala dari semua anugrah itu yaitu: kekuatan dan kecerdasan, untuk menguasai tiga dunia dengan sewenang-wenang. Merasa paling kuat, paling pintar dan cerdas, hingga merasa “semua perbuatannya luput dari dosa”.

“Tentu patut direnungi adakah seseorang di dunia ada ini yang bisa lupat dari humum karma pahala?”.

Lalu permohonannya kepada Dewa Shiva melewati batas. Lingga Yoni Gunung Kailasa ingin dibawanya ke Kerajaan Alengka untuk kesejahteraan rakyatnya saja. Kelewat batas inilah awal kehancuran, walaupun beribu ampunan ditawarkan oleh Sri Rama, justru balik membenarkan dan memperkuat hinaan demi hinaan kepada Sri Rama, hingga batas pengampunanpun tiba, akhirnya roboh hancur lebur.

Semua narasi cerita heroik ini memberi spirit, kepada siapapun yang sarat mendulang nilai-nilai kebajikan untuk memperoleh perlindungan-Nya serta pembebasan. *** Semoga Menjadi Renungan dan Refleksi, Rahayu.

Facebook Comments

error: Content is protected !!