KILAS BALIK A.A. GDE OKA DJELANTIK, PUTRA RAJA KARANGASEM 28 TAHUN DIPLOMAT DAN DUBES 4 NEGARA. KUNJUNGI 46 NEGARA DAN KUASAI 7 BAHASA ASING
Penulis, Komang Pasek Antara
AMLAPURA (CAHAYAMASNEWS.COM). Kilas balik peristiwa. Ada yang masih ingat tragedi perang yang sempat gemparkan belahan dunia dikenal dengan nama “Perang Malvinas” negara Inggris versus Argentina tahun 1982 lalu?. Penulis tersentak waktu itu masih usia remaja. Ternyata ada salah seorang putra bangsa dari ujung Pulau Dewata bumi lahar Karangasem tinggal diantara perang tersebut menjadi diplomat pejabat negara Duta Besar (Dubes) Argentina di Buans Aires sejak 1979 – 1983. Juga sekaligus penyandang Duta Besar Luar Biasa & Berkuasa Penuh di empat negara meliputi Argentina, Chile, Uruguay dan Paraguay.
Waktu itu saya tidak tahu detail tentang sosok Dubes tersebut hanya dapat informasi sangat terbatas. Ternyata sang Dubes bernama A. A. Gde Oka Djelantik, SH., putra kelima dari Raja Karangasem ke-14 Ida Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem. Beliau wafat dalam masa purnatugas tahun 2007 yang lalu di Amlapura. Dua dari beberapa saudaranya kandung almarhum pernah menjabat Bupati Karangasem, kakaknya A. A Gde Djelantik tahun 1951-1960 dan adiknya A. A. Gde Karang tahun 1967-1979. Keduanya juga sudah almarhum.
Tentang profil perjalanan hidup sang Dubes di atas. Baru-baru ini saya beruntung dapat kesempatan wawancara dengan buah hati putra tunggal dari pasangan mantan Dubes dengan sang istri Tjokorda Istri Putre Rieitje (alm), A A Bagus Raka Barahyangwangsa Djelantik, ST, MM yang biasa disapa Gung Bagus di tempat kediaman Puri Kreshna Duta sebelah timur Taman Budaya Candra Bhuwana Amlapura.
Dulu puri tersebut bekas pernah digunakan tempat sekolah Taman Kanak-kanak (TK) Tunas Harapan Amlapura sebelum pindah ke Jalan Ngurah Rai. Istri almarhumah Tjokorda Istri Putri Rieitje adalah seorang seniman lukis dan tari dari Puri Anyar Ubud, Gianyar, telah meninggal dunia tanggal 13 Maret 2020 lalu.
Autobiografi 313 Halaman
Banyak cerita yang saya dapatkan dari Gung Bagus, sang arsitek yang ikut mendesain bangunan Museum Asta Gangga dan jalan setapak di atas air kolam Mahabarata di Taman Tirta Gangga Karangasem, dan baca buku autobiografi setebal 313 halaman lebih yang ditulis almarhum tahun 2004 lalu.
Buku autobiografi ditulis oleh beliau almarhum disela-sela nikmati masa-masa pensiun di tanah kelahiran Karangasem. Buku itu layak dibaca sangat menginspirasi generasi penerus bangsa, asyik dan tertegun menyimaknya. Apalagi yang ingin melakoni profesi sebagai diplomat tentu buku itu layak jadi rujukan. Karier perjalanan hidup sebagai diplomat almarhum sangat menginspirasi menjadikan panutan tauladan bagi generasi muda bangsa kita akan semangat kebangsaan di kancah internasional.
Masa Sokarno dan Suharto Kunjungi 46 Negara dan Kuasai 7 Bahasa
Beliau lahir di zaman penjajahan Belanda 15 Juni 1924 di Karangasem. Karier sebagai diplomat masa Presiden Sukarno dan Suharto. Diawali aktif di Departemen Luar Negeri RI 1955 dan pensiun tahun 1983. Artinya selama kurun 28 tahun, beliau menghabiskan pikiran dan tenaganya mengabdi untuk bangsa dan negara bidang luar negeri.
Sebagai seorang diplomat beliau telah mengunjungi 46 negara di belahan dunia dan menguasai 7 bahasa asing yakni Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Jepang dan sedikit bahasa Korea serta Spanyol.
Memperjuangakan Timor Timur
Yang menarik kiprah almarhum dalam karier sebagai diplomat seperti penuturan Gung Bagus yang pernah diceritakannya dari sang ayah. Dalam percaturan politik di PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) saat itu memperjuangkan Timor Timur menjadi bagian NKRI yang dulunya empat negara tersebut memilih abstain (golput) berkat perjuangan akhirnya empat negara pro Indonesia mengakui Timor Timur adalah bagian dari NKRI. Sayang saat pemerintahan Presiden Habibie Timor Timur lepas dari NKRI.
Tetap Memilih Tinggal di Argentina Meski Sedang Perang
Sebagai seorang Dubes dan diplomat yang membawa misi kebangsaan Indonesia dimata dunia, beliau orang ksatria pemberani. Seperti diceriterakan sang ayah kepada putranya Gung Bagus seperti yang dituturkan Gung Bagus. Ayahnya tidak pulang ke tanah air Indonesia meski kancah perang berkecambuk di Argentina negara tempat tugasnya. Sang Dubes lebih memilih tetap tinggal di Argentina, padahal Pemerintah Indonesia di Jakarta memberikan tawaran boleh antara tetap tinggal di Argentina atau pulang ke Indonesia. Setelah melanglang buana puluhan tahun akhirnya sejak pensiun beliau lanjut tinggal kembali di tanah kelahiran kampung halaman Karangasem tahun 2000 lalu.
Kuliah di Belanda
Diurut ke belakang soal pendidikan, almarhum A. A. Gde Oka Djelantik masa perang Dunia II penjajahan Belanda dan Jepang pernah sekolah formal berpindah-pindah Bali, Yogyakarta, Makasar, dan terakhir kuliah tamat di Belanda Fakultas Hukum Universitas Leiden Belanda tahun 1954.
Bagi masayarakat yang ingin mengetahui lebih jauh profil karier almarhum mantan Dubes dan diplomat A. A. Gde Oka Djelantik, dapat dibaca buku autobiografinya. Katanya Gung Bagus buku tersebut dapat dibaca di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Karangasem, Jalan Ngurah Rai Amlapura. Kata Gung Bagus buku tersebut telah diserahkan ke dinas tersebut untuk koleksi dan diakses publik. *** CMN.
Facebook Comments