October 24, 2024
News

Diyakini Sebagai Simbol Kesuburan, Desa Adat Sangsit Dangin Yeh Gelar Ngusaba Bukakak

SINGARAJA (CAHAYAMASNEWS.COM) Bertepatan dengan Purnama Sasih Kedasa Rabu (5/4/2023), Desa Adat Sangsit Dangin Yeh Kecamatan Sawan melangsungkan Upacara Ngusaba Desa dan Ngusaba Nini. Dikalangan krama desa upacara ini bisa dikenal sebagai Ngusaba Bukakak. Dari ritual ini, krama desa meyakini dudonan upacara ini sebagai simbol kesuburan terhadap sektor pertanian di desa adat setempat. Pada puncak upacara ini dihadiri Penjabat (Pj) Bupati Buleleng, Ketut Lihadnyana.

Ketua panitia Wayan Sunarsa mengatakan, sesuai referensi dan petuah para pendahulunya Ngusaba Bukakak diwujudkan seekor Burung Garuda (Paksi). Krama desa juga meyakini kalau sarana upakara ini adalah simbol perpaduan antara Sekta Siwa, Wisnu dan Sambhu.

Bukakak ini dibuat terbuat dari rangkaian batang bambu kemudian dihias menggunakan daun enau muda (ambu). Kemudian hiasannya juga menggunakan bunga Kembang Sepatu (Pucuk Bang).

Sarana yang ditempatkan pada bagian dalam rangka Bukakak yakni 1 ekor babi hitam (Babi Bali) sebagai lambang Dewa Sambhu. Daging babi tadi diolah dengan cara unik. Dimana, untuk bagian punggung diolah dengan cara dibakar (diguling). Lalu, pada bagian bawah dari tubuh babi dagingnya dibiarkan mentah. Sehingga babi tersebut memiliki 3 warna yang melambangkan Tri Datu, yakni merah (bagian babi yang dimasak matang. Hitam (bagian tubuh babi yang masih ada bulu hitam, dan putih (bagian tubuh babi yang masih mentah namun bulunya telah dihilangkan.

Menurut Wayan Sunarsa, krama desa membuat sarana Bukakak mulai pagi hari tepat pada hari H upacara digelar. Setelah selesai, krama desa berkumpul di Pura Pasek/Pura Subak untuk memulai rangkaian ritual mengusung Bukakak. Warga desa yang dipilih untuk mengusung Bukakak/Sarad Ageng tersebut adalah mereka yang sudah dewasa, sedangkan mereka yang masih remaja diperbolehkan mengusung sarad alit. Pada upacara kali ini, Bukakak diusung menuju ke Pura Segara Desa Adat Sangsit Dangin Yeh.

“Pemuda yang berumur 12 tahun ke atas menggunakan pakaian putih kuning untuk mengangkat (Ngogong) Sarad Alit. Sementaram, laki-laki berumur 17 tahun ke atas menggunakan pakaian putih merah untuk Ngogong Aarad Ageng (Bukakak),” katanya.

Wayan Sunarsa menambahkan, Ngusaba Bukakak digelar sebagai wujud bakti krama desa kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewi Kesuburan. Atas kesuburan tanah dan segala hasil pertanian yang melimpah. *** (CMN=TIM-01).

Facebook Comments

error: Content is protected !!