October 25, 2024
Seni dan Budaya

“AURA KASIH”

“PAGER WESI” (“Kokoh Menjaga Keimanan”).

Oleh:  I Ketut Murdana (Senin, 15 Juli 2024).

MANGUPURA (CAHAYAMASNEWS.COM). Betapa penting menjaga keimanan masing-masing pribadi, ditengah-tengah gempuran halus kekuatan asura maya saat ini. Gelora arus kekuatannya telah menguasai serta menumbangkan keimanan, hingga merobohkan para tokoh-tokoh besar para asura yang diberi kesempatan memimpin. Pemimpin yang mesti melindungi rakyat justru mengayomi asura penghancur iman bermasker sastra-sastra suci. Demikian seterusnya yang semestinya menegakkan keadilan justru mudah pula dirobohkan imannya oleh aroma bayar masker, penutup mata dan mulut. Walaupun covid 19 sudah reda, ternyata  masih sangat banyak oknum penegak hukum yang memakai masker penutup mata dan penutup mulut. Untuk merubah “apa yang dilihat”, menjadi “apa yang diinginkan”.

Sesungguhnya mulai dari hululah yang harus diperbaiki, karena kerusakan di tingkat hilir, lebih mudah dikendalikan, karena tidak ada kekuatan material dan kuasa duniawi, kecuali Kuasa Tuhan untuk melindungi, karena disitu lemah kuasa dan lemah energi. Oleh karena itu, ketika rakyat bermasalah, amat sulit memperoleh keadilan.

Walaupun demikian rakyat memiliki energi besar, saat menentukan pilihan, bahkan sangat cerdas memperdaya para calon, hingga jatuh miskin dan struk berat. Itu artinya sebagai reaksi, akibat ketidak jujuran dan ketidak taatan menepati janji-janji politiknya, hingga penularan sifat-sifat kebohongan menular semakin deras meresapi jiwa-jiwa masyarakat saat ini. Hingga “kejujuran” semakin menjauh dari kehidupan nyata di dunia. Apakah artinya menjadi manusia kalau sudah seperti itu….?

Lingkaran setan yang telah menggulung iman dan mentalitas yang semakin memburam gelap saat ini, memerlukan kerja kebajikan yang besar dan kuat serta konsisten, secara menyeluruh sebelum berubah total menjadi asura bhuta. Dalam kontek memaknai realitas inilah, momen Hari Suci Pager Wesi dapat dimaknai secara bersama-sama mulat sarira mengendalikan diri dimulai melakukan (tapa, bratha, yoga, samadhi), memaknai, mengkonfigurasi penyatuan kekuatan suci dari Guru Wisesa dengan Guru Suci.

Para Pandhita, Para Rsi menteladani rakyat, agar  bersama-sama menjadi abdi-abdi dharma, yang benar terpanggil menempatkan kewajiban suci kepasa negara dan bangsa, yang dimaknai sebagai yadnya sesungguhnya. Pilar-pilar energi suci ini sesungguhnya sudah semakin bervibrasi ke permukaan, tetapi masih ada yang sengaja mau mengubur. Sesungguhnya itulah perjuangan mengatasi “tantangan yang bisa mencerdaskan”

Walaupun demikian akarnya semakin kuat memperoleh energi suci dari Ibu Pertiwi. Berkenaan dengan itu, penguatan melalui saradha bhakti kepada Tuhan, yang saat ini dimuliskan sebagai Pramesti Guru, Maha Guru Yang Maha Utama, lalu merefleksikan karma-karma kebajikan setiap langkah, mengabdi melayani dharma, merupakan energi suci pemupuknya.

Apabila sudah demikian dharma pasti tumbuh subur, kuat dan lebih besar meresap dalam diri setiap orang. Perjuangan ke arah itulah sesungguhnya menjadi kewajiban setiap insan duniawi. Itu artinya memenangkan kewajiban pada kebenaran dharma sejati adalah kemenangan dharma itu sendiri. Setiap orang patut sadar pada kewajiban itu, hingga tidak sibuk menyalahkan hak dan kewajiban orang lain

Barangkali kekuatan ini secara halus melepaskan secara perlahan, mata rantai besi pengikat gelap keimanan duniawi. Agar berubah menjadi rudraksamala yang menyejukkan pembangkit energi suci mensejahterakan dan mendamaikan. Tentu kerja semesta yang amat rahasia ini sulit dibayangkan. Tetapi sesuai ajaran dan tuntunan kebajikan-Nya, hati nurani bisa merasakan, lalu terbuka, menjadi pengelihatan yang lebih tajam, agar dapat mengubah prilaku yang kurang baik menjadi lebih baik dan berguna.

Apabila perjuangan terhadap kegunaan itu semakin besar, maka dharma semakin menang dan berkuasa kuat dalam diri. Barangkali seperti itulah kemenangan mesti dirayakan yang disebut Galungan. Hingga mulai tradisi ritual, bisa bertranformasi merefleksikan semangat berenergi suci, menjadi perjuangan dharma sejati. *** Semoga Menjadi Renungan dan Refleksi, Rahayu.

Facebook Comments

error: Content is protected !!