January 14, 2025
Ekbis

Melalui International Flower Competition (IFC), Ajak Masyarakat Jaga dan Lestarikan Alam Lingkungan

Ubud, Nuansa Bali.com. International Flower Competition (IFC) 2019 diselenggarakan untuk kelestarian alam bagi kehidupan masyarakat. Gagasan diadakannya kompetisi ini berawal dari keprihatinan terhadap tingginya sampah plastik di Bali dan akan semakin mengkhawatirkan jika tidak dibatasi penggunaan plastik di masyarakat. Melalui kegiatan ini pihaknya mengajak masyarakat untuk menjaga dan melestarikan alam lingkungan ang dimulai dari diri sendiri. Demikian terungkap dalam acara jumpa pers dengan puluhan awak media bertempat di Hanging Garden di Desa Buahan, Payangan, Ubud, Gianyar (Senin, 22/07).

 Owner Hanging Garden Nir Peretz dalam paparannya mengatakan, setelah sukses pada IFC pertama ini, nantinya direncanakan bakal kembali menggelar IFC kedua yang tentunya lebih besar lagi, dimana kompetisi tersebut pesertanya dari seluruh Indonesia. Bahkan direncanakan hingga menyasar anak-anak sekolah untuk mengikuti dan mendaftar lewat website.

“Dalam kompetensi IFC berikutnya, saya rencanakan dan kemas lebih baik lagi. Juga akan  mengikutsertakan anak-anak sekolah yang bertujuan untuk memberikan edukasi terhadap pentingnya pelestarian alam lingkungan bagi keberlanjutan kehidupan yang dimulai sejak usia dini. Disamping juga sebagai ajang untuk menyalurkan kreatifitasnya dengan memberikan motifasi untuk pelestarian alam dan lingkungan,” ujar Nir Peretz seraya menambahkan bahwasannya program IFC ini juga mengikutsertakan pemerintah dari tingkat desa hingga provinsi.

Pria berkewarganegaraan Inggris ini lebih jauh menjelaskan, bahwasannya program yang dirancangnya ini sangat sesuai dengan program pemerintah Provinsi Bali yakni Pergub No. 97 tahun 2018 tentang pembatasan timbunan sampah plastik sekali pakai yang sedang gencarnya dilakukan. Untuk diketahui, program ini adalah yang pertama di dunia. Dimana dasar diselenggarakan IFC ini sesuai dengan sumbernya yakni: pertama edukasi pentingnya arti menjaga lingkungan dan kedua; ikut berpartisipasi dalam upaya pemberantasan dan pengurangan sampah plastik sekali pakai yang jika dibiarkan akan sangat berbahaya terhadap kelestarian alam lingkungan.

“Kami berkomitmen berupaya semaksimal mungkin untuk ikut berpartisipasi dalam upaya penyelamatan dan pelestarian alam lingkungan, meski dengan langkah sekecil pun. Program ini sesungguhnya bertujuan untuk memancing kesadaran masyarakat untuk bersama-sama menjaga kebersihan, kelestarian dan keselamatan alam lingkungan terutama dari ancaman sampah plastik yang sangat mengkhawatirkan,” ujar pria bersahaja dan ramah ini.

Melalui kegiatan ini diharapkan mampu memancing kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap arti pentingnya kebersihan dan kelestarian lingkungan bagi keberlangsungan kehidupan generasi selanjutnya, termasuk keberlangsungan kehidupan makhluk hidup lainnya.

“Ide ini saya pikirkan dan rancang selama 5 tahun dan baru kali ini bisa terlaksana. Melalui program ini saya berharap masyarakat akan sadar dan peduli terhadap kelestarian dan keselamatan lingkungannya di manapun mereka tinggal. Ide IFC ini murni dari Indonesia agar dunia mengetahuinya, dan hadiah uang itu murni dari uang pribadi saya. Jangan hanya memandang jumlah uangnya, namun misi mulia serta manfaat di balik program yang kita lakukan ini,” terang Nir Peretz sembari menegaskan filosofi yang selalu dipegang adalah “Semakin banyak memberi akan semakin banyak pula yang datang”.

Sementara Nyoman Hendrawan yang berhasil meraih juara pertama dan berhak mendapatkan hadiah uang sebesar Rp. 1 miliar ini menjelaskan, bahwasannya  IFC ini merupakan suatu ide brilian dan sekaligus terobosan untuk menyadarkan masyarakat bahwa tanpa disadari sesungguhnya alam lingkungan sudah mulai rusak, dan IFCmerupakan langkah luar biasa untuk menjaga lingkungan dan apa yang bisa diperbuat. Menjaga lingkungan harus dimulai dari diri sendiri. Dalam hal ini peran pemerintah juga sangat dibutuhkan.

Hendrawan menambahkan dirinya  mengikuti IFC denagan pemikiran Bali perlu segera daoat merehabilitasi lingkungan dan lebah madu merupakan ciri kelestarian lingkungan. “Sekecil apapun yang diperbuat bila lakukan sungguh-sungguh maka akan memberi dampak dan manfaat yang luar biasa ke depannya,” ucap Nyoman Hendrawan yang mengaku berprofesi sebagai salah satu agen koran  ini menjelaskan.

Ke depan pihaknya mengaku akan berupaya mengajak seluruh warga masyarakat yang dimulai dari masyarakat di banjarnya untuk bersama-sama menata lingkungan sehingga tampak asri dan indah.  Sementara disinggung hadiah uang yang didapat, sebagian akan dinonasikan untuk upaya pelestarian lingkungan di banjarnya, serta untuk kegiatan social lainnya. “Pelestatian lingkungan harus dimulai dari diri sendiri, kalau bukan kita sendiri siapa lagi” tegasnya.

Dalam jumpa pers yang dikemas dengan suasana santai penuh kekeluargaan ini, sejatinya mengundang 10 finalis dari 185 peserta yang lolos ke Grand Final, namun yang hadir hanya 5 finalis. Ke-10 finalis itu yakni: Juara 1 : Nyoman Hendrawan. Juara 2 : Wayan Sanglah. Juara 3 : Agus Wisnu. Juara 4 : Ketut Swastawa.  Juara 5 : Ketut Ragawa. Juara 6 : Ketut Juniarta. Juara 7 : Astiti Rahayu. Juara 8 : Made Barto. Juara 9 : Komang Winda dan Juara 10 diraih oleh Putu Desi. Dalam kompetisi dengan hadiah yang sangat pantastis yakni Rp. 1 miliar bagi juara pertama ini, berhasil dimenangkan oleh Nyoman Hendrawan. Pria yang tinggal di Banjar Jaang, Desa Buahan, Kecamatan Payangan, Gianyar ini berhasil unggul  dari 10 finalis lainnya. Sementara untuk pemenang 2 hingga 10 mendapatkan hadiah berupa uang tabungan sebesar Rp.5 juta.  *** Nuansa Bali.com/Tim.

Facebook Comments

error: Content is protected !!