Tangkal DBD, WMP Bali Kampanyekan Metode Nyamuk Ber-Wolbachia di Buleleng
SINGARAJA (CAHAYAMASNEWS.COM) World Mosquito Program (WMP) Indonesia menginisiasi pertemuan Kelompok Rujukan Masyarakat (KRM), Jumat (5/5/2023). Pada pertemuan ini dibahas strategi kampanye penggunaan nyamuk Aedes Agypti ber-Wolbachia untuk pencegahan Demam Berderah Dengue (DBD) di Buleleng.
Kepala Dinas Kesehatan Kadiskes Buleleng dr. Sucipto mengatakan, dalam 3 tahun terakhir kasus DBD di Buleleng sudah mengalami penurunan pada periode 2020-2022. Akan tetapi dalam 3 bulan terakhir ini mulai mengalami peningkatan sampai 182 kasus. Jika kasus ini tidak tertangani dikawatirkan akan memicu kejadian luar biasa (KLB).
“Sehingga dengan pertemuan hari ini dimohon masukan dari semua peserta karena Buleleng dijadikan pilot projek dalam program penurunan DBD melalui metode Wolbachia,” katanya.
Menurut Kadiskes dr Sucipto, program ini sukses menurunkan kasus DBD di Yogyakarta yaitu dengan persentase tingkat keberhasilan 77 persen. Harapannya dengan dipilihnya Buleleng sebagai pilot projek nantinya bisa menurunkan kasus yang sama seperti di Yogyakarta.
Sementar Koordinator WMP Man Magilan mengatakan dipilihnya Buleleng dan Denpasar sebagai sasaran implementasi metode Wolbachia di Bali karena dinilai memiliki intesitas kasus DBD paling tinggi, diharapkan Buleleng bisa segera bebas dari dengue.
Metode Wolbachia ini dikembangkan dengan memasukkan bakteri Wolbachia pada nyamuk Aedes Agypti. Bakteri ini mampu menghentikan kemampuan nyamuk tersebut dalam menularkan penyakit dengue dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Agypti.
Nyamuk ber-Wolbachia kemudian disebarkan di daerah endemik penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Saat berkembang biak dengan nyamuk liar, jumlah nyamuk ber-Wolbachia akan terus bertambah hingga tetap tinggi tanpa perlu pelepasan lebih lanjut.
Metode ini juga aman bagi manusia, hewan, lingkungan, dan menawarkan solusi mandiri dan jangka panjang untuk mengendalikan penyebaran dan dampak demam berdarah, Zika, Chikungunya, dan Demam Kuning.
“Metode ini sudah melalui riset di Yogyakarta dan mendapat hasil sebanyak 77 petsen. Tingkat penurunan DBD melalui metode Wolbachia, bahkan orang yang sudah masuk Rumah Sakit 85 persen sudah bebas dari penyakit itu,” tegasnya.
Man Magilan menambahkan program ini tidak akan dijalankan sebelum ada persetujuan yang jelas dari masyarakat. Untuk itu, prosedurnya harus tetap dijalannkan melalui sosialisasi dan pemahaman terkait implementasi Wolbachia. Metode ini masih dalam tahapan persiapan. Dimana kalau nanti sudah mendapat persetujuan dari seluruh lapisan masyarakat baru bisa dijalankan. Rencananya Nopember 2023 ini sudah mulai dioperasikan. ***CMN=TIM-01.
Facebook Comments