October 9, 2024
Bali

Ny. Putri Koster Perjuangkan Tenun Ikat Asli Lokal Mampu Bersaing di Pasaran

Berbagai hasil karya kerajinan kain tenun ikat khas yang unik dari beberapa daerah di Bali terancam punah akibat membanjirnya hasil produk tenun bordir pabrikan di pasaran yang secara persaingan harga sangat lebih murah. Salah satunya dialami oleh produk tenun asli khas Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng. Melihat fenomena tersebut, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster melakukan berbagai upaya agar tenun ikat asli lokal tidak mengalami kepunahan. Salahnya dengan cara mengajak masyarakat agar menggunakan produk tenun asli daerah. 

Demikian disampaikan Ny. Putri Koster saat membuka Bimbingan Teknis Diversifikasi dan Peningkatan Kualitas Tenun Ikat di Desa Sembiran, Buleleng, Senin (24/6). Kekhawatiran akan kepunahan itu dinilai Ny. Putri Koster akibat regenerasi para penenun selama ini masih belum banyak. Di sisi lain, produk tenun bordiran berharga murah membanjiri pasaran yang secara perlahan akan mematikan penghidupan para pengerajin tenun asli. “Apalagi masyarakat sekarang lebih memilih yang harganya murah, kalau hasil tenun asli harganya sangat mahal seperti songket. Namun produk bordir pabrik diproduksi dengan mesin, sehingga bisa diproduksi secara cepat dan massal. Jika dibiarkan terus, tentu seiring waktu akan membuat tenun warisan leluhur akan punah,” jelasnya.

Karenanya Pemerintah Provinsi Bali mengeluarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 99 Tahun 2018 tentang Pemasaran dan Pemanfaatan Produk Pertanian, Perikanan dan Industri Lokal Bali. Melalui Pergub ini, diharapkan masyarakat akan mencintai produk dalam negeri dan menggunakan produk hasil produksi daerahnya sendiri. Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Provinsi Bali Putu Astawa mengatakan bahwa kegiatan bimtek ini diselenggarakan oleh Pemprov Bali melalui Disdagperin untuk meningkatkan kualitas para pengerajin tenun ikat di Bali. Menurutnya, pemerintah perlu memberikan edukasi yang lebih mendalam kepada masyarakat khusunya para pengerajin terkait pakem yang ada dalam tenun ikat termasuk soal kualitas bahan baku, pewarnaan dan bagaimana cara promosi agar kain tenun asli bisa diserap oleh pasar. Putu Astawa berharap melalui Bimtek yang dilaksanakan tanggal 24-28 Juni dan menghadirkan sejumlah narasumber berkompeten ini dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tenun ikat khas Desa Sembiran hingga dapat dikenal pasar.

Facebook Comments

error: Content is protected !!