“AURA KASIH”. Memaknai Esensi Hari Suci “TUMPEK LANDEP” di Era Kekinian
“MEMPERTAJAM KEYAKINAN”(LANDEP).
Oleh: I Ketut Murdana.
CAHAYAMASNEWS.COM. Betapa pentingnya kita selalu mempertajam keyakinan untuk mencapai “Sesuatu”. Sesuatu itu tiada lain adalah apa yang menjadi tujuan dan berjuang keras untuk mencapainya. Tujuan itu mesti bersifat material (jasmani) dan spiritual (rohani) untuk mencapai tujuan hidup yang sesungguhnya. Untuk mencapai tujuan itu mesti melibatkan kecerdasan fisik, piranti, intelektual dan spiritual. Mencapai kecerdasan tidak terjadi dengan sendirinya, oleh karena itu mesti diasah melalui proses edukasi yang panjang, melelahkan, dan pengorbanan pinansial yang memadai.
Proses edukasi memerlukan murid, tempat, sarana prasarana, dana, jenis-jenis pengetahuan, kurikulum, proses pembelajaran, guru, dan informasi edukasi lain-lainnya. Disamping itu, ada hal tersembunyi walaupun juga adalah realistis yaitu “Niat” dan “Keyakinan” yang kuat bagi peserta didik untuk belajar dan ketulusan Guru yang mengajar. Ketika realitas itu semakin tajam (Profesional) proses edukasi akan semangat, bergaerah, menarik lalu meresap ke dalam hati dan pikiran peserta didik, seperti itulah wujud pengetahuan yang mengalir, mengerti tentang sesuatu, menyenangkan, indah. Merasakan dan memahami realitas inilah anugrah Dewi Saraswathi, saat itulah Guru memperolah kebahagiaan (santhi).
Anugrah pengetahuan yang meresapi pikiran dan hati nurani inilah mesti selalu diasah agar tajam (“Landep”), untuk menembus misteri atau rahasia yang tersembunyi di baliknya. Mengapa disebut “tersembunyi”, karena semua wujud pengetahuan terikat pada hukum dua litas (Rwa bhineda) yang diakibatkan oleh interaksi pikiran subyektif manusia. Pada sisi yang lain manusia terlalu terbius pada kekaguman positif saja, contohnya: “mereka berseloroh pokoknya berpikir positif saja”. Tetapi bukan berseloroh untuk berpikir bijak, karena “bijak” mengatasi dualitas itu.
Mempertajam pengetahuan mesti selalu adaptif dan konteksual artinya memahami posisi realitas jaman, misalnya kita sekarang berada pada masa milenial dan peradaban 4.0. Pertanyaannya apa dan bagaimana memahami kebutuhan luas umat manusia saat ini, tentu disitulah kontek “ketajaman” (“Landep”) itu dipertaruhkan beroposisi biner, multi fokus terkondisi dalam inner fokus dan seterusnya (lihat konsep Padma Asthadala), serta vibrasinya dalan lingkup lokal, nasional dan internasional. Sadar terhadap realitas ini juga ketajaman, akan lebih tajam bila memasuki era persaingannya. Saat itu pula kita bisa mengukur “kebanggaan” kita masing-masing.
Ketika proses penajaman seperti itu menjadi kekuatan, keyakinan dan penyelarasan (harmoni), maka konsepsi vertikal dan horizontal (Swastika) mencapai kebenaran dan kesejatiannya bagi yang taat melakoni. Semakin banyak orang-orang bahkan para pemimpin dunia melakoni kebenaran ini, maka “ketajaman vertikal” (Keyakinan kepada Tuhan) dan “Ketajaman horizontal” yaitu kesadaran harmoni antara manusia dengan manusia dan alam lingkungannya, akan menjadikan kesadaran dalam persaudaraan kosmik yang bersumber dari satu sumber yang sama. Semoga menjadi renungan dan refleksi. Rahayu, Rahayu, Rahayu. ***
Facebook Comments