
“AURA KASIH”
“Bhakti Dalam Pengabdian Mencapai Kebenaran”
Dipetik dari Bhagawadgita. IX,14-15 (Tuhan Melebihi Ciptaan-Nya)
Oleh: I Ketut Murdana (Minggu: 10 September 2023).
BADUNG (CAHAYAMASNEWS.COM). Sujud bhakti, taat, tulus ikhlas penuh keyakinan di kaki padma-Nya, melalui sombol-simbol perwujudan-Nya adalah “kebenaran” prilaku penyempurnaan diri. Kebenaran pengetahuan suci ini menuntun, mengantarkan serta membebaskan umat-Nya dari ikatan duniawi mencapai kesejatian diri.
Sinar suci pengetahuan yang mencerahkan ini, akan menjadi “cerah” terasa kebenaran yang membahagian dan mendamailan di dalam diri setiap orang bila dilaksanakan dengan penuh semangat, berani, beretika dan tertuntun oleh Sad Guru yang mengalir dari Sat Guru. Dalam proses inilah terjadi penyatuan kewajiban suci antara swadharma, dharma dengan para dharma. Kewajiban suci adalah karma jnana yaitu bhakti dalam pengabdian, menyadari dan merefleksikan sebaik-baik prlayanan terhadap kebajikan dharma menuju kesejatian. Itu artinya selalu merujuk dan tunduk pada Sang Penegak Dharma.
Menyadari kebenaran ini dan melangkah atas kebenaran itulah yang amat sulit. Artinya posisi penyerahan diri atas perjuangan itulah dimensi-dimensi psikologis kerohanian yang diikat atau seringkali mengikatkan diri pada pandangan-pandangan kebenaran yang substansial, perseptual hingga perjuangan keyakinan berposisi di wilayah itu.
Gambaran realitas kebenaran inilah yang digambarkan saat perang kebajikan (Bharata-Yudha). Bhagawan Bisma merasa sangat bersedih tidak bisa mendengar sepatah katapun tentang wejangan suci kebenaran Ilahi yang disabdakan Sri Krishna kepada Arjuna. Hingga desakan Duryodhana untuk meniup Sangkhakala diabaikan, dengan jawaban yang penuh politis yaitu “menunggu”.
Karena Dia perpihak pada Duryodhana dan mengikatkan diri pada sumpahnya yaitu “melindungi Kerajaan “Asthina Pura”. Tentu akibat dari gelombang dualitas yang terjadi, Bisma diikat dan terikat oleh dua persoalan besar yang menjadi kesadaran prilaku dharmanya. Tidak menempatkan kewajiban sepenuhnya pada Tuhan sebagai Awatara menertibkan dunia, yang lebih besar. Akibat dari semua itu, rahasia kematiannya dibuka oleh Sri Krishna kepada Pandawa untuk memenangkan perang mewujudkan dharma di bumi.
Demikian pula Bhagawan Drona setelah dijadikan Panglima perang oleh Duryodhana, saat akan menggunakan senjata Dewa Yastra untuk memenangkan perang, dinasehati oleh Dewa Indra, agar tidak menggunakan senjata itu, dengan alasan bahwa betapa mulianya seorang Brahmana, bila mampu memuliakan dan menghormati tugas Dewa Narayana turun ke bumi menertibkan dharma. Setelah itu Dewa Brahma pun memberi nasehat yang sama. Tetapi Bhagawan Drona menyampaikan alasan dharmanya sebagai penglima perang, meyakini dan menteladi Gurunya Bhagawan Rama Parashu, yang juga memanggul senjata menghancurkan raja-raja yang sombong.
Posisi dan pilihan inilah yang membedakannya. Sedangkan Drona berada pada pihak raja sombong. Justru Rama Parashu juga dibebaskan keangkuhannya oleh Sri Rama pada saat sayembara memenangkan Dewi Sitha. Akibat Sri Rama mematahkan busur Bhatara Shiva. Akibat kecerdasan rohani-Nya membuktikan kebenaran Dewa Narayana ke bumi, berwujud Sri Rama akhirnya Rama Parashu terbebas dari segala keangkuhan yang mengungkung kebabasan mencapai kesejatian diri.
Betapa luas dan dalamnya rahasia tersembunyi di dalam diri, berhadapapan dengan berbagai masalah dalam upaya “menyempurnakan”, demi “penyempurnaan” itu sendiri. Oleh karena itu kehadiran Sang Penuntun Dharma sebagai Sad dan Sat Guru amat central dan mutlak diperlukan. Terutama bagi orang-orang yang “telah disadarkan dan mencapai kesadaran tertentu”. Bagaikan Arjuna disadarkan terus kewajiban hidupnya, lalu siap memerangi segala bentuk untaian narasi egoistis kegelapan adharma di bumi. Artinya jiwa-jiwa yang tidur tenggelam dalam material keduniawian dibangkitkan dan dibebaskan dari kegelapan agar mampu mempejuangkan kewajiban yang lebih besar untuk dharma. Demi kesejahteraan alam beserta segala isinya. *** Semoga menjadi renungan yang cerdas dan arif bijaksana, Rahayu.
Facebook Comments