February 10, 2025
Seni dan Budaya

“AURA KASIH”

“SARASWATHI”

“Menghormati Pengetahuan Memuliakan Diri”

Oleh:  I Ketut Murdana (Rebo: 6 Desember 2023).

BADUNG (CAHAYAMASNEWS.COM). Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha Kuasa, memberkati “pengetahuan” kepada umat manusia agar sadar memuliakan diri, mencapai penyatuan kepada yang Maha Mulia. “Jalan” dan “berjalan” untuk memuliakan diri untuk mencapai penyatuan itulah jalan “pengetahuan” yang berdimensi dua: berada di ranah material dan juga berada di ranah spiritual. Lebur menjadi satu kesatuan tak terpisahkan. Pergerakan sifat-sifatnya akan terlihat jelas meyakinkan, ketika kesadaran akan tujuan hidup sesungguhnya terkondisi dengan baik dan tulus, menjadi keyakinan yang kuat.

Pengetahuan diranah material sangat penting untuk menguatkan energi mencapai tujuan spiritual. Realitas ini dari jaman ke jaman membangun peradaban suci yang memuliakan jamannya. Artefak-artefak serupa menjadi keluhuran jamannya. Itu artinya  capaian material duniawi lebur menunjang peradaban luhur. Peradaban luhur ini menempatkan nilai-nilai spiritual menjadi dominasi dalam prilaku hidup hingga material terkendali dan terkondisi untuk mencapai tujuan pemuliaan itu sendiri.

Keduanya telah menyatu dalam tindakan yang disebut dengan “Karma Jnana”, dari sifat “yang terbatas” menuju sifat “YANG TAK TERBATAS”. Realitas kebenaran ini menunjukkan bahwa kekuatan alam meresapi menjadi kekuatan supranatural yang memberkati jawaban terhadap doa-doa tulus umat manusia. Realitas kini menunjukkan bahwa tempat-tempat suci artefak masa lalu selalu dikunjungi menjadi obyek, perjalanan suci (Yatra) untuk penyempurnaan laku spiritual sesuai ajaran ekologi spiritual.

Proses edukasi melalui Tirta Yatra dan Dharma Yatra seperti ini sangat penting, untuk melihat perababan dan teladan suci para leluhur dalam menapaki jalan hidup memuliakan dirinya. Selanjutnya getar nilai-nilai vibrasi suci yang dapat meresapi panca indra dan jiwa-jiwa pelakunya, yang membahagiakan. Melalui perjalanan suci (Yatra) itu, seseorang meninggalkan sementara kewajiban duniawi, memasuki ruang jalan suci, hingga dominasi psikologisnya tertuju pada obyek-obyek kesucian yang menjadi dambaan.

Semakin banyak, sungguh, yakin dan meluas edukasi seperti ini dapat terlaksana, pada akhirnya akan membesarkan jiwa-jiwa suci membebaskan keragu-raguan, mencerahkan jiwa “mencapai pencerahan”. Pengetahuan yang amat halus dan rahasia ini, memang tidak mudah untuk memperolehnya, tetapi apabila semakin banyak orang berjalan di jalan pengetahuan (para widya) ini, maka peradaban dunia  akan semakin damai.

Semua itu akibat terjadinya komunikasi suci melalui “karma jnana” yang baik kepada sumber kedamaian itu sendiri (Atman-Brahman-Aikhyam). Oleh karena itu menghormati pengetahuan, memuliakannya adalah swadharma utama yang patut dilaksanakan oleh setiap insan, terutama di jaman yang serba kabur kebenarannya. Langkah ini harus dimulai dan digerakkan oleh pemimpin-pemimpin bangsa di dunia, menteladani rakyatnya tentang hakekat hidup yang sesungguhnya, hingga bisa disebut Guru Wisesa.

Bukan menjadi pemimpin berkarakter asura yang selalu menyengsarakan rakyat, mengacaukan kesucian dan ketentraman dunia demi kemenangan kaumnya serta membesarkan usaha-usaha materialnya. Perjuangan spirit kemurnian ini masih terkondisi “pada jiwa-jiwa yang terpanggil” memvibrasikan, menguatkan lalu mengabdikan, lewat kualitas-kualitas personal menjadi komunitas yang berjalan terus atas tuntunan-Nya. Barangkali realitas ini juga harus berproses panjang, membenahi jalan panjang berlumpur, agar bisa berjalan perlahan mencapai tujuan. Karena pada saat hiduplah karma jnana itu bisa dilaksanakan, menghormati pengetahuan para leluhur di masa lalu, dan saat hidup ini belajar berjalan meluhurkan diri atas anugrah pengetahuan yang telah ada menemukan rahasia penyempurnaannya di jaman ini. Itu artinya teks pengetahuan dan konteksnya, relevansi, kegunaan dan pemaknaannya mesti seimbang.

Kontrakdiksi terhadap realitas kebenaran ini sedang bergulat sengit, melalui panatisme-panatisme bermata politik dan pengukuhan kekuasaan. Menembus kegelapan ini adalah jiwa-jiwa cerah yang dicerahkan secara personal lalu bervibrasi. Saat hidup inilah perjuangan dharma mesti dilakukan agar mencapai puncak kejayaan dan kedamaian. Walaupun dipandang berat dari sudut alam berpikir material yang amat terbatas, tetapi bila siap melaksanakan, maka alam semesta pasti menjawabnya, jawaban itu terjadi dengan sendirinya saat perjuang terlaksana. *** Semoga Menjadi Renungan yang Cerdas dan Arif Bijaksana, Rahayu.

Facebook Comments

error: Content is protected !!