December 8, 2024
Seni dan Budaya

“AURA KASIH”

“SINGASANA EMAS”

Oleh:  I Ketut Murdana (Senin: 29 Januari 2024).

BADUNG (CAHAYAMASNEWS.COM). Tenggelam dalam napsu indriya-indriya perebutan kekuasaan singasana  emas di atas bara api, bergoyang-goyang dihembus angin kencang ambisi-ambisi. Akibatnya Sang Raja selalu kepanasan, walaupun pendingin ruangannya sudah terkondisi apik dan berstandar internasional luar biasa. Akibatnya Sang Raja tidak nyaman duduk di singsana panas itu, tetapi berusaha dinyamankan-nyamankan. Karena pada tahta singasana itu terletak pertanggung jawaban mencapai keunggulan mengemban visi dan misi besar bangsa dan negara.

Walaupun demikian Singasana itu tetap menjadi simbol kekuasaan dan kebanggaan, yang selalu menjadi rebutan sepanjang sejarah. Karena sejarah dunia akan mencatat kekuatan Sang Raja menduduki singasana itu, lalu mampu mewujudkan janji-janji prestasi unggulannya atau sebaliknya terkubur oleh lawan-lawan politiknya. Itu artinya singasana berjalan terus menerus, diduduki raja yang berganti-ganti. Raja yang menduduki bisa berganti dan berubah, karena kuasanya bisa mewarnai singasana itu agar tampil indah harum di mata rakyat dan di mata dunia.

Bukan mengubah struktur teks nilai dan konteksitas yang melekat pada kuasa singasana itu, demi keinginan dan napsu yang menduduki. Itu artinya Sang Raja sengaja melepas rayap-rayap yang perlahan bisa merobohkan keutuhan singasana itu.

Seorang raja yang berkuasa sudah seharusnya mengisi dan memecahkan masalah-masalah rakyat dan masalah kebangsaan. Melalui aturan perundang-undangan dan hukum yang berlaku. Menteladani rakyat dengan kebajikannya, bukan tenggelam dalam lautan lumpur napsu yang mengakibatkan semakin jauh dari “kebenaran” tujuan hidup berbangsa dan bernegara. Raja bukanlah “Maha Kuasa”, tetapi berkuasa melaksanakan tugas dan fungsi sesuai hukum ketatanegaraan dan ketentuan yang berlaku.

Kepincangan realitas ini justru menjadi sangat menarik dan semakin banyak pengikutnya, karena dapat dimanfaatkan sebagai energi pendulang emas (suara), dengan berbagai polesan janji-janji, bahkan tangan-tangan kuasa, serta tipu daya tak terhindarkan. Justru arus ini didukung oleh asupan energi material yang amat besar menjadi priorotas yang amat semarak.

Sangat berbeda ketika abdi-abdi dharma membutuhkan suport energi untuk menggalang kebajikan, ternyata “nihil” yang ada hanya alasan dan janji-janji. Tetapi bukanlah menjadi hambatan yang berarti, melalui sumbangsih yang berlandaskan keikhlasan, cinta kasih dan keyakinan pelayanan kepada-Nya, energi kasih itu bisa datang mengalir dari berbagai arah. Senyum indah penuh kasih, berenergi suci membangkitkan semangat abdi-abdi dharma melaksanakan pelayanan sesuai potensi masing-masing. Itu artinya kasih-Nya mengalir melalui abdi-abdi dharma yang bergerak menyeimbangkan.

Sangatlah tidak arif dan bijaksana ditengah-tengah dengungan wacana pembangunan karakter bangsa yang menggelegar. Ketidak berimbangan arah energi ini jelas tidak bisa mengangkat derajat moralitas menjadi lebih baik. Oleh karena itu seorang raja pelindung rakyat, betapa pentingnya menyeimbangkan gerak pengetahuan material dan laku spiritual untuk mewujudkan rasa damai di negeri ini. Bukan selalu menekan dengan tangan-kuasanya yang tidak berdasar pada keluhuran budi, akibatnya terjebak pembenaran, lalu menjadi apreori yang membingungkan.

Sudah saatnya kecerdasan asura-asura dapat dirubah mulai dari kita masing-masing menjadi energi pondasi spirit kemurnian hidup berbangsa dan bernegara yang damai sejahtera. Hal itu semua mesti dimulai dari upaya menggali dan mengembangkan kesadaran diri sendiri….hingga mampu saling menghargai dalam kehidupan di dunia ini. *** Semoga Menjadi Renungan yang Cerdas dan Arif Bijaksana, Rahayu.

Facebook Comments

error: Content is protected !!