January 24, 2025
Seni dan Budaya

“AURA KASIH”

“Pengetahuan, Sifat Guru Yang Meresapi”

Oleh: I Ketut Murdana (Sabtu: 03 Pebruari 2024).

BADUNG (CAHAYAMASNEWS.COM). Perjalan hidup manusia sepanjang sejarah diresapi (Wibhu Sakti) oleh “Pengetahuan” (Jnana Sakti) mulai dari melihat dan merasakan dalam hati sanubari, lalu timbul reaksi pikiran, menggerakkan badan jasmani dan energi untuk mengerjakan “Sesuatu” untuk memperoleh “Sesuatu”. Ketika Sang Manu berada dalam kesendirian di dalam hutan, lalu menginginkan teman untuk diajak bersama-sama menempati hutan atau alam semesta ini (Prabhu Sakti). Akhirnya tercipta “Manu Perempuan”. Proses persahabatan dan pergaulan menimbulkan gagasan baru, menjadi hubungan “Purusha” dan “Pradhana” menjadi ciptaan baru putra-putri manu, secara perlahan berkembang menempati bagian-bagian dari seluruh alam ini, sekarang telah menjadi bangsa-bangsa beraneka karakter berkembang dan berubah terus menerus, demikian seterusnya.

Mulai saat itu pula Guru melalui sifat-Nya pengetahuan yang amat rahasia meresapi jiwa Manu kedua belah pihak, hingga bangkit bergerak atas kesadaran (Cettana) dan ketidaksadaran (Acettana) menjadi satu dalam ciptaan (Kriya Sakti). Setelah proses interaksi dan aksi itu terjadi kedua Manu merasa bersalah karena melakukan perbuatan dosa, tetapi “Kesadaran tugas penciptaan” menjadi penguat prinsip dan prilaku. Saat ada ciptaan mulai lahir kesadaran dan ketidaksadaran di dalam akibat ada realitas di luar diru. Maka di dalam dirinya hadir dan mengalir pengetahuan dan kewajiban penciptaan, selanjutnya tercipta juga kesadaran, agar dapat membebaskan ikatan penciptaan dari hukum duniawi lalu kembali pada alam santhi kedamaian atau kebebasan abadi.

Itu artinya pengetahuan yang “Menyadarkan” realitas kini menuju realitas tujuan, menjadi prilaku karma yang tertuntun. “Guru Sat” hadir meresapi jiwa lalu bergerak mencapai tujuan. Kompleksitas reaksi pengetahuan yang meresapi itu, lalu berakibat dengan sendirinya menjadi Guru Sad. Artinya jiwa dan badan telah diresapi pengetahuan dan disucikan oleh “Tujuan kemuliaannya” (Sad-karma jnana) untuk kembali pada “Kemuliaan-Nya”(Sat- nirguna).

Berorientasi dari lintasan sejarah panjang kehidupan manusia itu, bahwa Guru telah mengalirkan pengetahuan yang meresapi jiwa setiap insan, agar sadar pada hukum duniawi dan kembali sadar membebaskan diri dari ikatan hukum duniawi. Dalam kontek prilaku ini mereka berjuang melaksanakan prinsip perilaku berpengetahuan yang membebaskan. Artinya sifat pengetahuan yang meresapi perilaku menuju pencapaian pembebasan. Perjalanan panjang sejarah kehidupan manusia selalu diiringi dan diresapi pengetahuan untuk hidup di dunia dan kembali membebaskan diri. Tetapi manusia ada ingat hingga selalu sadar akan hakekat kebenaran sejati itu. Ada pula yang tidak tahu, ada pula melupakan dan ada pula yang mengabaikan, karena semakin jauh dari sembernya.

Akibat dari semua itu berkembanglah jiwa-jiwa asura yang selalu ingin membalikkan hukum kesejatian itu sendiri. Walaupun keinginan itu terus berkembang memuncak, akibat kasih-Nya terhadap hukum keseimbangan, maka Guru Asura pun dihadirkan bernama Guru Sukraacharya. Bertugas terus menerus mendidik umat manusia, yang berjiwa asura. Walaupun Yang Maha Kuasa menghadirkan Guru kepada para asura, perintah dan larangan guru Sukraacharya selalu dilanggar bahkan ditentang oleh kecerdasan dan keangkuhan asura-asura itu sendiri. Maka tugas Guru para asura adalah menundukkan kecerdasan dan ego-ego besar.

Pertanyaannya apakah Guru Sukraacharya dapat menundukkan ego asura?. Jawaban terhadap persoalan ini, amat sulit dijawab. Tetapi disitulah ruang tugas dan kewajiban seorang Guru bergerak sesuai kaidah-kaidah kebenaran pengetahuan suci semesta.

Menyikapi dan memaknai realitas kehidupan dunia yang dualitas dan dinamis itulah kasih-Nya hadir sebagai Sat Guru menjadi Sad Guru yang bisa bersentuhan langsung dengan realitas terindrawi dan realitas yang non indrawi. Memaknai resapan dan reaksi pengetahuan yang meliputi semua aspek kehidupan, maka itulah kerja Tuhan sebagai Guru yang mengajarkan kebenaran dan kebesaran-Nya lewat diri dan semesta raya ini. Sekarang prinsip-prinsip kebenaran ini diajarkan melalui pengetahuan suci Jnana Buda Siwa bersama Sad Gurunya.

Realitas kebenaran pengetahuan ini juga menjadi rahasia bagi yang belum tersentuh, dan dirasakan kebenarannya bagi yang telah diberkati, dan “Membingungkan” bagi yang “Meragukan”. Dengan demikian Guru adalah “Pengetahuan yang terus mengalir, menyadarkan untuk mencapai kesadaran murni”. Karena kesadaran itu meresap di dalam diri, menghormati Guru adalah mewujudkan kesadaran itu dalam setiap langkah kehidupan. Apabila sudah demikian Guru adalah “Kesadaran dìri sejati”. *** Semoga menjadi renungan dan refleksi. Rahayu

Facebook Comments

error: Content is protected !!