
“AURA KASIH”
“Menembus Misteri Menyempurnakan Diri”
Oleh: I Ketut Murdana (Sabtu, 17 Pebruari 2024).
BADUNG (CAHAYAMASNEWS.COM). Seorang yang baik, seseorang yang jiwanya tidak dihuni oleh arogansi berpikir, berkata, dan berbuat. Seseorang terbiasa membantu orang lain dengan tulus ikhlas, memiliki kontrol nan bijak dalam setiap pengambilan keputusan berperilaku bajik. Menempatkan akal atas ketundukan pada dharma dan kebajikan. Empat pilar energi suci inilah proses timbal balik dan penyelarasan antara diri sendiri dengan semesta, beserta ciptaan-Nya. Membangun dan mewujudkan sifat-sifat inilah “perjuangan” panjang penyempurnaan harkat dan martabat manusia. Terutama menghadapi zaman Kaliyuga yang penuh kegelapan ini. Realitasnya adalah semakin memuncaknya ego materialisme duniawi, mendesak bahkan menutup gelap keimanan, hingga jiwa-jiwa semakin kering kehausan energi suci Amhritham.
Gulungan kabut misteri ini semakin gelap menerpa atmosfir kedamaian rohani, hingga semakin banyak terjadi kebingungan dan kesesatan menemukan jawabannya. Oleh karena itu, untuk menemukan kedamaian rohani, penyucian atau pemurnian diri merupakan “Jalan” sebagai kewajiban utama di zaman ini. Merealisasikan jalan kewajiban ini adalah penyucian “Wadah” jasmani agar mudah disirati dan dialiri Amhritham Sanjiwani. Bagaikan sungai Gangga yang turun ke bumi, membebaskan dosa-dosa para leluhur dan mensejahterakan alam semesta beserta segala isinya. Air selalu bergerak “Mengalir” dan “Meresapi” seperti itulah kewajiban melangkah “Menyempurnakan” diri mencapai pembebasan abadi.
Bertumpuk bahkan bergunung-gunung pengetahuan dan ajaran-Nya, ribuan bahkan jutaan pengajar dan Guru Penuntun, tempat belajar dan beaya pembelajaran yang tidak sedikit, bergerak terus menerus mendorong pengkondisian edukasi penyempurnaan itu sendiri. Walaupun demikian, sisa masalah masih mengekor berantai sepanjang kehidupan. Semuanya itu karena tiadanya kecerdasan dan kesadaran menembus misteri kegelapannya. Itu artinya, perlu mengasah lebih baik lagi, pengetahuan, kecerdasan, keyakinan dan keberanian. Namun masih berada se alur perjuangan. Dibalik itu semakin terbuka realitas, arus energi kontradiktif sebagai “misteri perlawanan”, yang selalu menantang. Para Dewa selalu bermusuhan dengan para asura. Gelombang dualitas ini mengakibatkan ingin saling menguasai dan memenangkan.
Kalau tidak demikian masalah tidak ada, kehidupan duniapun akan berakhir, itu artinya pergolakan dualitas menciptakan masalah baru yang menantang tumbuh dan berkembangnya akal pikir dan kesucian rohani. Gelombang energi itu terjadi sepanjang sejarah kehidupan, dan akan dikenal, dirasakan serta strategi menghadapi dipahami bagi orang yang selalu bergerak berjuang menyempurnakan diri.
Edukasi jasmani dan rohani adalah untuk memperoleh pengetuhuan dan penyadaran diri menghadapi serta menembus gelombang atau misteri yang menggelapkan, lalu penyempurnaan terjadi dengan sendirinya. Pengetahuan adalah senjata utama yang mesti dipergunakan dengan “gagah berani”, menembus misteri. Ketika sudah demikian strategi mengenal obyek melalui subyek teredukasi dengan sendirinya. Disitulah pengetahuan menghinggapi dan meresapi akal terjadi dengan sendirinya. Dengan demikian pengetahuan akan dirasakan “kebenarannya” saat digunakan, hingga menjadi “kebenaran yang berguna”.
Saat-saat seperti itulah penyempurnan terjadi. Seorang pengusaha sukses, pasti melewati berkali-kali kegagalan. Tetapi setiap kegalalan dievalusi secara serius, terditeksi secara konteksual untuk berusaha menghadapi setiap masalah, lebih giat dan hati-hati, hingga mencapai sukses.
Memaknai dinamika ini adalah, korelasi masalah subyek dan obyek, memahami diri sendiri bersentukan dengan gelombang semesta raya, lalu terkendali pengetahuan jasmani dan rohani dalam proses edukasi penyempurnaan demi penyempurnaan. Saat itulah pemebebasan demi pembebasan sifat-sifat material duniawi terjadi, hingga akhir jawaban itulah pembebasan abadi, milik Yang Maha Kuasa menjadi anugrah bagi yang melaksanakan kewajiban tulus. *** Semoga menjadi renungan yang cerdas dan arif bijaksana, Rahayu.
Facebook Comments