March 26, 2025
Seni dan Budaya

“AURA KASIH”

“KEMULIAAN WANITA”

Oleh:  I Ketut Murdana (Selasa, 05 Maret 2024).

BADUNG (CAHAYAMASNEWS.COM). Ketika Dewi Sitha telah berhasil diculik oleh Rahwana, dan ditempatkan di Taman Angsoka, taman kerajaan yang amat indah mempesona siapapun mengunjunginya. Suatu ketika Rahwana tak mampu menahan hasrat dan napsunya inggin sesegera mungkin mendapatkan cinta kasih Dewi Sitha. Hasrat cinta Rahwana amat membara terpesona aura kecantikan Dewi Sitha. Aneka parian bujuk rayu, memaniskan puisi cinta penuh harap belas kasih, tawaran kekayaan, kenewahan duniawi yang menggoda siapapun di dunia ini dan juga para dewa di surga. Janji-janji indah menawarkan sebagai Ratu Kemuliaan dan permata menghias Singasana Kerajaan serta janji indah duniawi menjadi panah-panah asmara yang mencoba menembus benteng keimanan dan kesucian Dewi Sitha.

Tetapi panah-panah asmara itu tetap tumpul dihadapan Dewi Sitha. Kekuatan dan kekuasaan rahwana di tiga, dunia, serta kebanggaan terhadap ketaklukan rakyat Alengka, dijadikan senjata untuk menggertak menakuti-nakuti Dewi Sitha, memelas tunduk mengharapkan cinta. Walaupun demikian membuat Dewi Sitha semakin jijik.

Mendengar rayunan manis penuh tipu daya yang menjijikan itu, Dewi Sitha melontarkan kemarahannya dan berkata hai engkau Rahwana engkau adalah raja dan sebagai laki-laki serta kesatria pengecut menculik wanita lemah yang sedang sendirian ditinggal suami. Engkau adalah raja tak bermartabat yang semestinya melindungi rakyat dan siapa saja yang sedang berada dalam kesulitan, justru engkau memanfaatkan kesulitan itu untuk kesenanganmu sendiri.

Percuma engkau dilahirkan dari rahim seorang ibu yang engkau dustai dengan perbuatan kejimu terhadap wanita yang sudah bersuami ini. Ingatlah ibumu juga seorang wanita yang melahirkanmu. Bujuk rayuan kata-katamu yang menjijikan itu, akan semakin mempercepat kehancuranmu, karena suami ku Sri Rama akan segera datang membunuhmu. Oleh karena dustamu itu, demi menjaga kehormatan dan kemuliaan wanita Aku mengutukmu beribu-ribu kali dan juga nenek moyangmu.

Mendengar dan menyaksikan kemarahan Dewi Sitha itu, Rahwana mengendalikan emosinya, lalu berkata hai Dewi ku, engkau telah memanah dan menusuk seluruh tubuhku dengan panah kecantikanmu, seolah-olah aku tak berdaya, seperti itulah aku tunduk bersujud dikakimu mengharapkan cintamu. Panah-panah kecantikanmu membuat engkau lupa, bahwa aku menghormatimu, akan ku jadikan permata kerajaan di tiga dunia. Apa gunanya engkau mencintai Rama seorang raja tanpa kekuasan, hapuslah kebodohanmu itu, janganlah menjadi permata di hutan rimbun siapa yang akan mengenalmu. Ayo mendekatlah kepadaku Sitha, ayolah Sitha aku sangat merinduan belaian cinta kasihmu….

Ketika itu napsu asmara Rahwana sudah semakin memuncak, lalu ingin memeluk Dewi Sitha. Saat itu Dewi Sitha mencabut sehelai rumput untuk melindungi kehormatannya.

Menyaksikan keadaan itu Rahwana semakin bernafsu, lalu tertawa terbahak-bahak dan berkata. Hai Sitha apakah dengan sehelai rumput itu engkau akan mampu melindungi dirimu melawan kekuatanku yang menguasai tiga dunia…he…he….he. Demikian ledekan dan rayuan Rahwana kepada Dewi Sitha. Lalu Dewi Sitha meyakinkan dirinya terhadap perlindungan Tuhan melalui sehelai rumpun, lalu menyebut Dewi Atsuya istri Sri Agastya, seorang wanita mulia yang menuntun keyakinan cintanya. Saat itu pula Rahwana ingin memeluk Dewi Sitha, terdengarlah suara dari langit mengingatkan Rahwana; apabila engkau melakukan perbuatan senonoh terhadap wanita suci itu, maka kepalamu akan terpecah menjadi tujuh. Ingatlah pula bahwa engkau telah terkutuk memperkosa istriku (istri Dewa Kwera).

Mendengan suara gaib itu, mengakibatkan sesaat keder juga nyali Rahwana. Tetapi jiwa asura yang cerdas mengubah strategi dari kekerasan menjadi bujuk rayuan yang lebih manis nan elok. Setelah melontarkan rayuan manis dan tawaran pelayanan atas segala kebutuhan, serta perlindungan dan keselamatan Dewi Sitha, lalu Rahwana pergi meninggalkan taman Angsoka. Sambil berjalan dia menyuruh seluruh dayang-dayang untuk merayu dengan segala cara untuk meluluhkan hatinya. Semua cara yang telah dilakukan dayang-dayang tetap membuat Dewi Sitha tak bergeming. Lalu datanglah Trijata menghiburnya dengan penuh kasih, menyiapkan makanan sambil mengjiburnya.

Tetapi Dewi Sitha tidak mau makan makanan di tempat terkutuk seperti ini, lebih baik aku mati dari pada hidup tersiksa seperti ini, demikian sahut Dewi Sitha. Tetapi Tri Jata dengan penuh kesabaran merayu, hai Sitha apa kamu tidak makan, bagaimana kamu mempertahankan hidupmu, menunggu Sri Rama yang sedang berjuang membebaskan dirimu. Bukankah kamu mencintai suami sepenuh hatimu, dan mendukung semangatnya agar kamu selamat dan kembali kepangkuannya. Bukankah kamu juga ingin menyaksikan keperkasaan suamimu membunuh Rahwana..?. Oleh karena itu bertahanlah dan kuatkanlah keyakinanmu. Dalam keadaan seperti inilah semangat perjuangan mencintai suamimu sangat dibutuhkan.

Mendengar nasehat yang penuh kasih itu, meneduhkan hati Dewi Sitha yang sedang dirundung kegundahan itu. Lalu Dewi Sitha menyebut Tri Jata sebagai Ibu, lalu keduanya berpelukan penuh haru. Tri Jata merasakan menemukan anak sejatinya yang amat membahagiakannya. Lalu menyuapinya makanan yang enak ala istana. Tetapi Dewi Sitha tidak mau makan karena mengingat suaminya di hutan hanya makan umbi-umbian, buah-buahan serta sayuran hutan seadanya. Tunggulah sebentar Nak aku akan ambilkan makanan sattwika seperti itu, karena di Kerajaan Alengka ini ada juga orang-orang teguh menjalan ajaran kesucian rohani. Saat itu Tri Jata tergopoh-gopoh mengambilakan makanan, lalu menyuapinya. Dewi Sitha merasakan kasih Ibu Tri Jata yang amat mulia.

Setelah itu dayang-dayang yang bernama Berawi diperintah oleh Dewi Mandodari permaisuri Raja Rahwana, untuk membawakan pakaian pengganti kepada Dewi Sitha, sebagai rasa tulusnya menghormati tamu kerajaan, dan merasakan perasaan wanita yang sedang tertekan. Oh Dewi aku Berawi Dayang Ibu Ratu, terimalah pakaian ini untuk menggati pakaianmu yang sudah lusuh dan kotor itu, sejak berapa lama belum berganti, mintalah segala kebutuhanmu Ibu Ratu siap melayani demikianlah pesan Ibu Ratu ku kepadamu.

Mendengar dan menyaksikan persembahan itu, Dewi Sitha tidak mau menerimanya, lalu mengucapkan terimakasih atas kebaikan Ibu Ratu. Aku akan tetap memakai busana ini, walaupun tampak kotor tetapi ini adalah busana suci pemberian Dewi Atsuya anugrah dewata, lalu dihadiahkan kepada ku. Lalu Dewi Sitha meminta, apabila Dewi Mandodari menyayangiku, mintalah kepada suaminya agar mengembalikan aku kepada Sri Rama, dan suamiku pasti memaafkan dan Kerajaan Alengka terhindar dari kehancuran.

Mendengar laporan dari dayang Berawi, Dewi Mandodari sangat kaget dan kagum atas ketaatan kemuliaan tapa Dewi Sitha. Keadaan ini sangat menakutkan yang berakibat kehancuran kerajaan Alengka. Betapa pentingnya menghayati nilai-nilai kemuliaan ini, untuk merenungi realitas semangat jiwa kewanitaan di zaman ini. Pada satu sisi sangat bertolak belakang dengan nilai-nilai kesucian yang menjadi dambaan. Memamerkan dan mengobral segala sesuatu yang menjadi rahasia kemuliaan hidupnya. Hal ini dimaknai sebagai upaya mengeksplor popularitas diri bertujuan nikmat duniawi sesaat. *** Semoga menjadi renungan dan Refleksi, Rahayu.

Facebook Comments

error: Content is protected !!