December 9, 2024
News

Kadek Sanca Dwi Permana : Ini Profesi Multi Talenta, Jangan Dipandang Remeh

DENPASAR (CAHAYAMAS-NEWS). Menjalani profesi sebagai seorang peramu minuman atau yang lebih keren disebut sebagai bartender memang memiliki tantangan tersendiri. Mulai dari dipandang sebelah mata, postur tubuh bahkan dicap sebagai profesi yang kurang bagus untuk berkarir karena cukup dekat dengan alkohol. Namun hal itu ditampik tegas oleh Kadek Sancaya Dwi Permana alias Sanca pemenang Arak Bali Festival yang diselenggarakan pada 18,19 Desember 2019 di Sanur. Meski dirinya tak menampik beberapa fakta di atas sempat ia terima langsung, ia justru jadikan itu sebagai motivasi diri dan membuktikan jika itu salah. “Saya tahu ini berat tapi saya buktikan dengan prestasi. Saya tidak dendam, namun  saya hanya menyayangkan atas apa yang mereka nilai tentang seseorang,” katanya saat diwawancarai melalui pesan singkat, Sabtu (21/12/2019).

Pria kelahiran 9 Mei ini memulai karirnya sebagai seorang waiter di salah satu hotel di Denpasar, kemudian beralih menjadi bartender profesional sejak 2018, di salah satu club ternama di wilayah Legian. “Tidak langsung sebagai bartender, awalnya saya bekerja sebagai barback selama –  + 3 bulan, kemuadian saya mendapatkan promosi sebagai bartender,” sambungnya. Sejak saat itu, ia pun mulai memacu diri dengan mengikuti kompetisi dari skala kecil hingga saat ini skala besar. Anak kedua dari dua bersaudara ini melalui hari-harinya bekerja sebagai seorang bartender di Bikini Restaurant, Seminyak.

Pria asli Desa Busungbiu, Singaraja ini mengakui, jalan menuju puncak itu memang tidak mudah, namun ia nikmati segala prosesnya dan menjadikan setiap pengalaman sebagai sebuah pembelajaran untuk lebih baik lagi. Meracik minuman baginya bukanlah sesuatu yang mudah, seorang bartender harus memiliki kemampuan yang lebih sehingga minuman yang dihasilkan bukan saja nikmat tapi bagaimana yang menikmati mengerti filosofi dari minuman yang diracik. “Seperti saat kompetisi kemarin misalnya, cocktail yang saya sajikan kemarin konsepnya adalah “Boreh”. Saya ingin mengangkat dan mengingatkan untuk semua, khususnya milenial di Bali agar menjaga dan melestarikan tradisi leluhur kita,” ucapnya.

Ditanya terkait tantangan, pria 21 tahun ini menjawabnya cukup diplomatis, dimana meracik minuman semacam whisky dan semacamnya sudah terlalu mainstream man sudah banyak orang bisa meracik minuman tersebut, tapi kalau meracik minuman dari arak menjadi sebuah tantangan tersendiri baginya. “Karena setiap arak dari daerah yang berbeda seperti di Buleleng ada yang namanya GGH dan Karangasem juga berbeda. Mereka memiliki karakter yang berbeda jadi banyak challenge-nya. Jadi kalau saya lebih suka racik minuman dengan dasar arak,” ujarnya.

Ia pun bahkan tidak menyangka akan mendapatkan juara satu, mengingat kemampuan lawan yang ia nilai lebih dari dirinya. Berbekal optimisme dan semangat akhirnya ia dikukuhkan menjadi juara. “Saya yakin, meminta restu semesta dan berbekal konsep yang matang,” paparnya. Mengakhiri percakapan, ditanya terkait profesi bartender, ia pun menjawab cukup singkat, dimana seorang bartender itu harus mengerti seluruh aspek. “Jelas harus mengerti semuanya, khususnya mampu menjelaskan apa yang ia sajikan, jadi tidak sekadar menyajikan,” tutupnya.  *** Cahayamas-News.com/Gandhi.

Facebook Comments

error: Content is protected !!