February 8, 2025
Seni dan Budaya

“AURA KASIH”

“MEMULIAKAN GURU”

Oleh    :  I Ketut Murdana (Selasa, 29 Oktober 2024).

MANGUPURA (CAHAYAMASNEWS.COM).Memuliakan Guru  merupakan proses meresapi, memaknai lalu merefleksikan secara sungguh-sungguh menembus ruang dan waktu dalam semangat  penyempurnaan diri lahir dan bathin. Penelahaan secara cerdas, cermat nan bijak, kontekstual normatif tentang nilai-nilai kebergunaan, mendamaikan, mencapai kebebasan abadi. Sesuai apa yang digariskan kitab-kitab suci.

Kewajiban dalam spektrum pemahaman yang tak terbatas inilah dapat dikatakan dan dimaknai sebagai kehidupan yang berpengetahuan “sejati”. Karena kehidupan yang menjadi tuntunan pengetahuan suci adalah mencapai proses pencerahan diri, selalu merujuk kebenaran sejati itu sendiri. Pada alur narasi proses yang mempribadi itulah, menempatkan karakteristik kemampuan setiap insan menerima dan menjalani proses demi proses, yang selalu digodok dan diuji keadaan sebagai keberadaan hukum dualitas yang tak terhindarkan oleh siapapun.

Pematangan yang konstanitas akibat pengetahuan cerdas bijaksana nan suci menciptakan keyakinan kokoh, menguatkan insan-insan mempertinggi derajat hidup penyempurnaannya. Adapula melalui pengulangan demi pengulangan, akibat situasi putaran waktu dan jangkauan yang tak memadai, serta tak  menguntungkan, hingga harus mengulangi kelahiran kembali untuk berproses. Ketika realitas psikologis nan “mistik” kosmologis ini dipahami sebagai realitas hukum semesta atau disebut hukum karma, maka kehampaan yang membutakan itu, bangkit menjadi keyakinan berproses. Karena disitu hadir sinar suci pencerahan yang menghidupkan angan-angan. Tidak mudah memang membayangkan realitas psikologis nan spiritual abstrak ini, ketika belum  tersentuh kasih suci keilahian. Dalam kontek inilah buah karma kebajikan masa lalu membekas menjadi pondasi serta tangga-tangga pendakian menuju puncak selanjutnya.

Pengetahuan suci bersama Guru, mengantarkan penguat sikap membangkitkan jiwa-jiwa yang tertidur lelap dalam kesadaran, lalu berubah menjadi semangat keyakinan yang amat rahasia di dalam diri. Sadar terhadap pergerakan energi kasih-Nya yang meresapi jiwa inilah anugrah yang tiada tara. Tidak dapat dibayangkan dibalik masalah, terjadi realitas psikologis yang menggugah pase-pase pergerakan ego-ego emosional yang berenergi semangat membara untuk “mencapai”.

Semangat ingin mencapai inilah menggugah energi tersembunyi dalam diri dan koneksitas pertautannya dengan energi semesta. Realitasnya dimana terjadi hambatan yang sesungguhnya, saat itu energi kasih pertolongan datang dengan sendirinya. Saat-saat seperti itulah kehadiran substansi sifat-Nya yang amat rahasia benar-benar nyata adanya.

Ketika itulah rasa syukur bahagia menyelimuti, menjadi semangat baru tanpa beban. Itu artinya keyakinan memperoleh penguatan energi suci pencerahan. Rasa dan kebenaran yang membahagiakan ini, menjadikan jiwa-jiwa semakin merindukan-Nya.

Mengedukasi diri menuju kesejatian diri, seperti inilah  melahirkan kesadaran bahwa “DIA” adalah “Guru” yang meresapi, selalu hadir menuntun, memelihara, melindungi, mengampuni, menyempurnakan dan membebaskan. Oleh karena itu DIA dari kuasa Yang Maha meresapi jiwa-jiwa setiap insan, lalu bisa menyadari sesuai kempampuan perjuangan karma masing-masing, yang disebut sadhana suci dalam garis-garis perguruan spiritual

Ketika kesadaran ini menjadi keyakinan yang semakin menguat, maka penyimpangan prilaku dari kondrat penyempurnaan dapat terhindarkan. Hingga kekuatan energi sattwam menyeimbangkan dan menggerakan energi rajasika dan tamasika menjadi kekuatan unggul mencapai tujuan. Oleh karena itu DIA lah keberadaan yang bergerak “menyempurnakan” yang “disempunakan” adalah Aku pemuja-Nya. *** Semoga Menjadi Renungan dan Refleksi.

Facebook Comments

error: Content is protected !!