“AURA KASIH”
“PENGETAHUAN MENGALIR DAN MENEMBUS”
Oleh: I Ketut Murdana (Jumat, 01 Nopember 2024).
MANGUPURA (CAHAYAMASNEWS.COM). Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni telah menghasilkan orang-orang berpengetahuan cerdas, mengisi, merawat dan juga selalu ingin menguasai dunia. Karakteristik sifat-sifat ini amat banyak berkembang di dunia. Pada sisi yang lain pengetahuan keagamaan dan spiritual, penyebaran dan kajian-kajian teks berkembang luar biasa amat semarak. Persoalannya sedang menghadapi gunung misteri, merefleksikan kepincangan sosial dan pathologi sosial yang sedang semarak. Realitas ini mesti menjadikan setiap insan sadar untuk berjuang bersama menghadapi mesteri gelap duniawi ini.
Semakin berkembangnya pengetahuan sudah semestinya menjadi pondasi spirit, yang sesungguhnya untuk mengubah derajat kemiskinan jasmani dominan material dan rohani agar menjadikan hidup rukun dan damai. Tetapi di dunia di robah oleh kekuatan asura menjadi terbalik, menjadi ambisi menguasai dunia dengan segala isinya. Akibatnya Yang Maha Kuasapun di lawan. Demikian pula akhir ini, semakin banyak para tokoh cerdas asura nampak di permukaan. Selalu menghina pemimpin bangsa dengan segala trik dan kenyinyirannya.
Tujuan kebenaran ini secara luas ditulis dan didengungkan serta diperjuangkan terus menerus. Tetapi selalu menyisakan masalah dalam wujud aneka konflik, dendam perang, berlatar ragam kepentingan yang tak pernah berakhir. Realitas ini menunjukkan bahwa kepentingan kekuasaan di dunia material belum terkendali baik, menempatkan pengetahuan spiritual sebagai lintas bayangan yang belum menyentuh kebutuhan vital nan esensial, setiap insan
Berkenaan dengan realitas panjang tanpa akhir itu, berkat pengetahuan dapat dimaknai sebagai berkat yang mengalir untuk menghadapi realitas misteri yang membendung dihadapan kita. Konflik lalu menjadi perang besar merupakan pergulatan untuk memenangkan kepentingan-kepentingan tertentu. Apakah muaranya kekuasaan material ataukah kekuasaan spiritual. Kekuasaan spiritual artinya bahwa ajaran tertentu yang dipandang sebagai “kebenaran mutlak” diperjuangkan dengan segala cara oleh pengikut-pengikutnya untuk menguasai dunia. Perjuangan ini dimaknai sebagai misi suci, menyelamatkan umat manusia dari kegelapan duniawi. Walaupun realitas ini sulit terjadi, tetapi bisa menjadi besar menguasai belahan dunia.
Setelah menguasai belahan dunia mempertahankan dan mengembangkan metoda dan tata cara yang konteksual meresapi kondisi karakter psikologis adalah kerja intelektual cerdas yang adaptif, mempertahankan, menyuburkan, mengayomi menciptakan rasa nyaman dan damai.
Dalam ruang persoalan inilah, konflik maju mundur, menguat dan membosankan lalu pindah jalur, menjadi realitas yang tak terhindarkan. Belum lagi persoalan hak asasi yang berlatar cinta dan kasih sayang menjadi ruang pemahaman dan reaksi sosial beraneka ragam. Bagaikan akar aneka jenis tanaman di bawah tanah, berkilit, berliuk, berantai, meresap tenggelam semakin dalam ke dalam tanah. Apabila pohonnya mati akarpun lapuk menjadi pupuk bagi akar yang lainnya. Itu artinya kebersamaan berjuang menuju kesejatian diri saatnya tiba patut ikhlas untuk memberi.
Narasi kosmologis ini merupakan uraian dari untaian dari setiap wujud dan momen, di dalamnya tersembunyi nilai dan makna yang menteladani dan mensugesti, ketika sensitifitas jiwa terbuka.
Berkenaan dengan realitas kosmologis itu, pengetahuan bukan hanya diresapi secara indrawi nan intelektual, tetapi dijiwai oleh sensitifitas yang suci, “menerima dan memberi”.
Maksudnya pengetahuan suci kebenaran tidak berhenti pada anugrah dan dialog, tetapi berjuang atau berperang menembus misteri kegelapan yang membentang dihadapan dan di dalam diri setiap insan.
Demikianlah bhagawad-gita diturunkan oleh Sri Krishna Awatara Wisnu, kepada Arjuna untuk berperang mengatasi kegelapan adharma, agar dharma kembali tegak di bumi. Dalam konteks ini pengetahuan dan kesadaran melaksanakan dalam berbagai lika-liku kehidupan jasmani dan rohani adalah dasar-dasar dan pondasi suci, menjadi kesigapan esensial nan kokoh menyikapi perjuangan hingga akhir waktu-Nya tiba. Itu artinya kesadaran memaknai pengetahuan sebagai senjata sakti mengatasi segala rintangan menuju tujuan hidup yang sejati. *** Semoga Menjadi Renungan dan Refleksi, Rahayu.
Facebook Comments