Dari Pembinaan Sabha Budaya Bali di Desa Baluk, Jembrana. Diperlukan Keberanian dan Mental Berkualitas Hadapi Tantangan Zaman
JEMBRANA (CAHAYAMASNEWS). Dibutuhkan keberanian dan mental yang berkualitas dalam upaya menghadapi tantangan sekaligus gempuran era globalisasi/era milineal, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Karena itu, Berbagai upaya harus dilakukan oleh semua elemen masyarakat maupun pemerintah. Salah satunya adalah dengan melakukan penguatan pemahaman dan keyakinan umat Hindu terhadap agama, adat, tradisi, budayanya. Terkait hal itu Yayasan Sabha Budaya Bali bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, terus melakukan pembinaan, pembekalan, penguatan pemahaman dan keyakinan masyarakat di Desa Adat Baluk, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Jumat (8/11 2019).
Bertepatan pada rahina Sukra Paing Ugu, sasih Kelima (Jumat, 8 November 2019) Yayasan Sabha Budaya Bali, bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, kembali menggelar kegiatan rutin berupa pembinaan dan penyuluhan adat, agama, seni, dan budaya, bekerjasama dengan aDinas Kebudayaan Provinsi Bali. Rombongan Yayasan Sabha Budaya Bali terdiri dari Drs. I Gede Nurjaya, M.M., mewakili Ketua Umum Yayasan, Ida Pedanda Gede Putra Bajing dari Griya Tegal Jingga, selaku Pembina Yayasan, Drs. I Nengah Medera, M.Hum., selaku wakil ketua yayasan, Pengenter/Pembawa acara Guru Mangku Kompyang Rupa, dan dipandu oleh moderator Ida Bagus Manuaba. Sementara untuk seksi dokumentasi, administrasi, dan konsumsi adalah I Gede Suardana Putra dan Kadek Agus Sujana S.Kom., dari Staf Listibya, serta Tim Media Nuansa Bali dan Cahayamasnews.com sebagai mitra kerjasama bidang media dan publikasi.
Kegiatan yang dilaksanakan di Wantilan Pura Desa lan Puseh, Desa Adat Baluk, Yayasan Sabha Budaya Bali menerjunkan tiga narasumber meliputi bidang agama, adat, dan bidang budaya. Dimana bidang agama diisi oleh Ida Ida Sri Bhagawan Dharma Yoga. Bidang Adat diisi oleh Drs. I Gede Nurjaya, M.M., serta bidang Budaya diisi oleh Drs. I Nengah Medera, M.Hum. Mengingat waktu yang sangat terbatas, maka masing-masing narasumber diberi waktu pemaparan 15 menit. Kegiatan lebih ditekankan pada sesi Dharma Tula /Magendu Wirasa atau tanya jawab, sehingga lebih banyak persoalan yang bisa diserap dan diungkap serta bila perlu langsung dicarikan solusinya atau jalan keluarnya.
Drs. I Gede Nurjaya, M.M., mewakili Ketua Umum Yayasan Sabha Budaya Bali DR. Drs. I Gusti Made Ngurah, M.Si., dalam sambutannya mengajak untuk senantiasa meningkatkan persatuan dan kesatuan serta kualitas kemampuan diri untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks. Kegiatan pembinaan ini bertujuan untuk memperkuat dan sekaligus melestarikan seni, adat, dan budaya yang dijiwai oleh agama Hindu Bali yang masih relepan dengan kondisi zaman saat ini. Yayasan terus aktif turun ke masyarakat untuk memberikan pembinaan dan penyuluhan terutama menyasar desa-desa yang sedang menghadapi tantangan berat, baik ekonomi maupun idiologi.
Pelestarian adat, seni, dan budaya Bali yang dijiwai agama Hindu Bali, lebih diperkuat lagi oleh pemerintah dengan diterbitkannya Perda No. 4 tahun 2019 tentang penguatan Desa Adat yang pada intinya dibuat untuk memperkuat keberadaan desa adat di Bali, termasuk hal-hal yang ada di dalamnya. Apa yang dilakukan Yayasan Sabha Budaya Bali bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali sangat sejalan dengan visi Gubernur Bali “Nangun Sat Kerti Loka Bali”. Untuk itu, Dinas Kebudayaan Provinsi terus mendukung dan mensuport kegiatan yayasan, baik dari segi moril dan materiil. Pembinaan ini juga bertujuan untuk mengingatkan, sehingga krama tidak terlena dalam zona aman, melainkan akan segera menyadari tantangan yang dihadapi di zaman globalisasi saat ini. Semakin canggih teknologi dan kian pesatnya perkembangan pariwisata membawa dampak negatif yakni tergerusnya keyakinan dan kepedulian krama akan agama, adat, tradisi, dan budaya yang diwariskan leluhurnya. Pembinaan ini diharapkan dapat menjadi bekal krama untuk menghadapi ancaman dan gempuran akibat pesatnya perkembangan pariwisata yang membawa dampak negatif terhadap peradaban masyarakat, termasuk kian memudarnya keyakinan dan kepedulian masyarakat dalam melestarikan adat, budaya yang diwariskan secara turun-temurun.
“Mari kita kuatkan keyakinan agama, adat, budaya serta tingkatkan persatuan agar tidak mudah diadu domba apalagi terpancing dengan isu-isu yang bersifat hoax yang berpotensi memecah belah. Mari kita bersatu, samakan gerak langkah untuk membangun Bali bersama-sama. Kuatkan mental spiritual khususnya bagi generasi muda Hindu Bali serta mampu bersikap kritis terhadap perkembangan zaman yang begitu pesat, sehingga tidak ikut tergerus dalam arus globalisasi,” katanya. Bendesa Desa Adat Baluk, I Wayan Birka, menyambut baik kegiatan tersebut, serta tak lupa mnegucapkan terima kasih telah memilih desanya sebagai tempat pelaksanaan pembinaan dan penyuluhan agama, adat, dan budaya Bali.
Hal ini sangat penting dilakukan, di tengah pesatnya perkembangan zaman, serta canggihnya teknologi yang sudah barang tentu membawa dampak positif dan negatif. Untuk menghadapi tantangan dan sekaligus rongrongan dari berbagai lini, diperlukan penguatan kualitas mental spiritual masyarakat. Salah satunya adalah dengan pelaksanaan pembinaan dan penyuluhan. Pihaknya berharap, ke depan Yayasan Sabha Budaya Bali dapat melaksanakan kegiatan semacam ini secara berkelanjutan, tidak hanya di Desa Adat Baluk, melainkan juga desa adat lainnya, sehingga kualitas pemahaman dan keyakinan umat terhadap agama, adat, dan budayanya kian hari akan semakin baik, dan mampu bersaing bahkan mampu menghadapi tantangan dan bahkan ancaman, baik yang datang dari dalam maupun dari luar. *** Cahayamasnews.com/Tim 01- Bersambung…….
Facebook Comments