Seni dan Budaya

“AURA KASIH”

“MENGHORMATI DAN MEMULIAKAN PENGETAHUAN”

Oleh: I Ketut Murdana (Selasa, 4 April 2023)

Badung (Cahayamasnews.com). Betapa murah dan mudahnya pengetahuan spiritual kebajikan mengalir terus di jaman Kaliyuga ini. Realitas kebenaran ini membuktikan bahwa kasih pengetahuan-Nya dalam wujud simbolik sifat kemahakuasaan-Nya sebagai Dewi Saraswathi mengalir terus tiada henti, meresapi, mengedukasi, memaknai, mengekspresikan melalui daya cipta, menjawab berbagai persoalan dan tantangan hidup jasmani dan rohani.

Pertanyaannya sudahkah kita menyadari dan mampu mensyukuri, sebagai makhluk yang paling utama yang diberkati pengetahuan untuk hidup dan mencapai “pembebasan”. Jawaban dari pertanyaan yang mengetuk hati ini bukanlah kindahan kata-kata yang terkadang menggebu-gebu di awal dan permukaan, yang sangat mudah ditelan dan tenggelam dalam kemalasan. Lalu melahirkan pembenaran-pembenaran belaka.

Tetapi kesungguhan prilaku merupakan kata-kata yang terkondisi dalam semangat, keyakinan dan keberanian. Dalam ruang dinamika inilah sifat-sifat maya bekerja amat halus. Bisa mendorong kecerdasan untuk maju dan sekaligus menggulung melalui tipuan-tipuan halusnya, menjadikan lemah lunglai tak berdaya. Karena demikian halusnya sangat sulit untuk “mengenalnya”. Kadang-kadang kekuatan halus dahsyatnya membelokkan, kearah logika pikir materialistik yang terukur saja, mengakibat suntuk lalu terjebak menutup diri dalam kebuntuan spirit. Demikian pula perangkap godaan daya tarik idriya-indriya dan napsu, yang demikian tersedia dan terbuka, tidak mudah dikendalikan, bila kondisi keimanan sedang liar

Saat itulah logika menjadi sopir pengendalinya, menjadikan “kebenaran” penuh hitung-hitungan untung dan rugi. Hingga banyak orang berseloroh: “kalau disini terlalu banyak perhitungan disana tidak ada yang menghitung”. Berbagai alasan logis hadir membenarkan, karena memang logis dari sudut pandang logika materialistik. Bukan dikendalikan sifat-sifat suci atman, seperti apa yang digambarkan dalam Kitab Suci Bhagawad-gitta. Arjuna berhasil menang dalam perang baratha-yudha akibat dikendalikan oleh Sri Krishna.

Memaknai kebenaran itu, betapa pentingnya mempelajari pengetahuan jasmani dan rohani, agar bangkit dan terbangunnya “kesadaran diri” yang tertidur lelap terlalu lama. Artinya untuk mengedukasi diri menjadi ketekunan dan kesungguhan untuk mempelajari “pengetahuan kesejatian diri”. Karena Guru alam semesta nampaknya sedang berpihak orang-orang yang menyadari kebenaran ini, sehingga aliran pengetahuan yang begitu murah dan mudah benar-benar dimaknai dan disyukuri sebagai anugrah perbaikan dan penyempurnaan hidup jasmani rohani.

Demikian sebaliknya bila terabaikan sebagai kesempatan penyempurnan hidup, maka pengetahuan akan lebih banyak di telan bumi kembali, atau hanya sekedar terekam dalam memori otak yang cepat kelupaan. Menghangatkan, mendiskusikan, merefleksikan dalam berbagai ekspresi budaya, adalah kebenaran (Kriya Sakti).

Realitas ini bukanlah jawaban akhir, tetapi sedang berproses terus menerus seiring berjalannya waktu. Wajib disadari kebenaran itu, agar mampu membangkitkan semangat bersadhana dan berkarma kebajikan, untuk mencapai “pembebasan”. Dalam proses inilah terletak “kemahalannya” bahkan sangat mahal di jaman Kaliyuga ini.

Gerak hidup pengetahuan material sangat mahal pula, sehingga tidak semua orang bisa mendapatkan ijasah kesarjanaan, walaupun pada akhirnya banyak pula yang nganggur. Itu artinya pengetahuan yang tidak dipraktekkan dengan baik, sehingga tidak mensejahtrakan. Itu artinya kebenaran pengetahuan hanya ada dalam bayang-bayang ilusi. *** Semoga menjadi renungan dan refleksi. Rahayu.

 

Facebook Comments