November 15, 2024
News

Gebyar Penanganan Ikan Invasif Red Devils di Danau Batur Kintamani

BANGLI (CAHAYAMASNEWS.COM). Bertempat di Dermaga Kedisan Kintamani Bupati Bangli Sang Nyoman Sedana Arta memimpin Acara gebyar penanganan ikan invasif  red devil pada Jumat, (5/4/2024) dimana diketahui jenis ikan ini menjadi ancaman untuk keaneka ragaman hayati di Danau Batur, Kecamatan Kintamani Bangli. Pemerintah Kabupaten Bangli Melalui Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Bangli mengupayakan pengendalian red devil di Danau Batur.

Kadis PKP I Wayan Sarma dalam laporannya menyampaikan penanganan Ikan Invasif Red Devil, yang dirangkaikan dengan Gertak Eco-Enzym Bangli Bisa Periode II Tahap Pertama. dimana Kaldera Batur menyandang berbagai predikat sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN), sebagai Unesco Global Geopark,dan sebagai salah satu dari 15 danau Nasional yang diselamatkan sesuai Perpres 60 Tahun 2021.

“Para ahli lingkungan dan kita sepakat, Danau Batur menghadapi masalah besar yakni; sedimentasi atau pendangkalan serta pencemaran,” ujarnya.

Terhadap masalah pencemaran, Pemerintah Kabupaten Bangli dalam hal ini Bapak Bupati dan para pemerhati lingkungan telah secara konsisten dan terus menerus menuangkan Eco-Enzim melalui Gerakan Serentak Eco-Enzim Bangli Bisa, yang pada saat ini telah memasuki Periode II Tahap Pertama.

“Hasilnya secara kasat mata sudah bisa kita lihat dan buktikan, bahwa air danau tampak lebih jernih,” jelasnya.

Kemudian belakangan ini muncul fenomena baru dengan merebaknya jenis ikan invasif yang bernama Red Devil. Dimana Ikan predator ini sudah terdeteksi sejak tahun 2016 lalu. Perkembangan Red Devil cukup pesat. populasi Red Devil di Danau Batur mengalami peningkatan. Ikan ini pemangsa serangga, cacing, ikan kecil, termasuk telur ikan.

“Ikan ini sifatnya teritorialis dan invasife sehingga perkembangannya cukup pesat di Danau Batur, Red Devil juga memakan pakan ikan ketika petani memberi makan ikan peliharaannya. Dikhawatirkan populasi Red Devil terus meningkat. Jika populasinya tidak terkendali akan merugikan petani,” sebutnya,

Perkembangan ikan Red Devil ini sangat pesat, sehingga berdampak pada 2 hal, yaitu pertama terancam punahnya ikan2 edemis Danau Batur, yang berarti mengancam keberadaan keanekaragaman hayati atau biodiversity yang sesungguhnya merupakan bagian penting dari Geopark. Namun demikian, dampak ekonomis dengan menurunnya pendapatan para nelayan.

“Lebih lanjut nanti dari HSNI Cabang Bangli, akan memberikan testimoni. Terhadap hal ini kami dari Perangkat Daerah (PD) yang mengampu urusan pemerintahan di bidang perikanan telah melakukan berbagai upaya,” ujarnya.

Upaya dimaksud yakni; pertama pernah menawarkan hasil tangkapan ikan Red Devil ini kepada pengelola taman safari, yang kiranya bisa menjadi pakan hewan di sana. Ternyata tidak memenuhi syarat. Kemudian upaya lainnya melalui pemanfaatan ikan Red Devil untuk menjadi kuliner yaitu berupa olahan krispi. Saat ini sudah ada 2 kelompok binaan kita, akan tetapi serapan bahan baku mereka belum maksimal.

“Oleh karena itu ke depan ada empat kegiatan yang telah kami rancang pertama Gebyar kita lakukan hari ini sebagai bentuk sosialisasi dan edukasi bahwa Red Devil adalah ikan infasif yang menjadi musuh bersama kedua penangkapan Red Devil oleh masyarakat pesisir, yang hasil tangkapan kita tawarkan kepada pengusaha pabrik pakan ternak yang ada di Pengambengan Jembrana, untuk diolah menjadi tepung ikan, ketiga peningkatan SDM para Bendega dan para pengolah, untuk bisa meningkatkan volume usahanya dan terakhir restoking atau pelepasan benih ikan endemis Danau Batur,” katanya.

Kemudian acara dilanjut kan dengan penuangan eco enzyme yang dipimpin langsung oleh Bupati Bangli Sang nyoman Sedana Arta turut hadir dalam acara tersebut Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan I Wayan Parta, Anggota Forkompimda Kabupaten Bangli, Pimpinan Perangkat Daerah Kabupaten Bangli serta para undangan terkait lainnya. *** CMN=Tim-NT.

Facebook Comments

error: Content is protected !!